Materi Sejarah Latar Belakang Munculnya Pergerakan Nasional

Materi Sejarah Latar Belakang Munculnya Pergerakan Nasional

Adanya politik etis yang merupakan bentuk penjajahan yang halus dengan menyediakan program edukasi yang sebenarnya termasuk dalam pelaksanaan politik asosiasi yaitu politik dengan mengganti kebudayaan asli di tanah jajahan dengan kebudayaan yang dimiliki oleh penjajah itu sendiri. Meskipun dalam pelaksanaan politik etis banyak dilakukan penyimpangan, namun terdapat sisi positif yang didapatkan oleh kaum pribumi seperti didirikan sekolah untuk kaum pribumi.

Namun terdapat maksud tersendiri dengan didirikannya sekolah-sekolah untuk kaum pribumi bagi Belanda yaitu untuk mendapatkan tenaga pegawai dengan gaji yang rendah daripada gaji dari tenaga pegawai Belanda. Semakin banyaknya kaum pribumi yang mengikuti program edukasi ini membuat lahirnya golongan cendekiawan yang lahir dari kaum pribumi. Golongan cendekiawan inilah yang mempelopori kesadaran dalam persatuan dan kesatuan berbangsa yang disebut dengan Kebangkitan Nasional Indonesia yang dirintis awal abad ke-20.

Dalam pergerakan nasional juga didukung oleh faktor-faktor tertentu seperti berikut ini.

Faktor Internal

1. Rakyat yang mengalami penderitaan dan kesengsaraan akibat penjajahan,
Pemerintah kolonial yang melakukan kekejaman, eksploitasi, penindasan, dan ketidakadilan saat menduduki Nusantara telah membuat kebencian yang mendalam bagi rakyat Nusantara hingga banyak menimbulkan perlawanan terhadap pemerintah kolonial.

2. Kenangan akan kejayaan pada masa lalu,
Cerita turun-temurun akan kejayaan Nusantara pada masa lampau yang begitu mengagumkan membuat motivasi untuk kaum penerus bangsa untuk bangkit. Seperti kerajaan Mataram, Sriwijaya dan Majapahit yang mengalami kejayaan di Nusantara pada masa lampau.

3. Lahirnya kaum cendekiawan.
Dampak dari politik etis dalam kebijakan program edukasi mulai memberikan hasil yang positif seperti lahirnya kaum cendekiawan yang dapat mempelopori tentang kebangkitan dalam hal kebangsaan.


Faktor Eksternal

1. Kemenangan Jepang terhadap Rusia,
Jepamg yang termasuk salah satu negara di Benua Asia yang sukses bangkit dan mengalahkan Rusia yang sedang berjaya, membuat motivasi bagi rakyat Nusantara untuk melakukan perubahan dengan melaksanakan pergerakan nasional.

2. Suksesnya pergerakan nasional di negara Asia-Afrika,
Kesuksesan yang dialami oleh negara-negara Asia dan Afrika menumbuhkan motivasi bagi rakyat Nusantara untuk melakukan hal yang sama.

3. Masuknya dan berkembang paham-paham yang baru,
Paham yang masuk seperti demokrasi, sosialisme, dan nasionalisme mendorong motivasi rakyat Nusantara dalam menegakkan keadilan khususnya dalam hak asasi manusia.

Materi Sejarah Perlawanan Kerajaan Di Nusantara Terhadap Belanda

Materi Sejarah Perlawanan Kerajaan Di Nusantara Terhadap Belanda

Belanda melakukan penjelajahan samudera dilatar belakangi oleh keinginan mendapatkan sumber rempah-rempah yang murah dan banyak karena pusat perdagangan di Lisabon sangatlah dibatasi. Ketika sampai di Nusantara Belanda mengalami banyak hambatan antara lain sebagai berikut.

Perlawanan Mataram

Sebenarnya sudah sejak 1614 VOC yang masih bermarkas di Ambon mengajak bekerja sama dengan Kesultanan Mataram dengan mengirimkan utusan untuk mengajak Sultan Agung tetapi ditolak oleh sultan. Selanjutnya VOC mencoba mengajak bekerja sama kembali pada 1618 ketika VOC melihat Mataram mengalami kegagalan panen akibat perang melawan Surabaya, namun usaha tersebut ditolak lagi oleh sultan. Barulah Mataram menjalin kerja sama dengan VOC pada 1621 untuk memanfaatkan VOC dalam menghadapi persaingan menghadapi Surabaya dan Banten. Selanjutnya Belanda diizinkan dalam membangun benteng di Jepara untuk digunakan sebagai kantor dagang, selain itu Belanda juga memberikan hadiah kepada Mataram yang berupa dua buah meriam terbaiknya. Seiring berjalannya waktu terjadi perselisihan antara Mataram dengan Belanda, Gubernur Jendral VOC J. P. Coen memerintahkan Van Der Marct untuk menyerang Jepara. Tak tinggal diam Mataram pun melalui Sultan Agung mempersiapkan serangan terhadap Belanda di Batavia. Serangan pertama dilaksanakan pada 1628 dengan dipimpin oleh Tumenggung Baurekso yang sampai di Batavia pada 22 Agustus 1628 namun serangan pertama ini gagal. Selanjutnya disusul dengan serangan kedua oleh pasukan Tumenggung Sura Agul-Agul, yang dibantu oleh dua orang bersaudara yaitu Kiai Upa Santa dengan Kiai Dipati Mandurojo, namun serangan kedua ini pun juga menemui kegagalan. Tak kurang dari 1000 prajurit Mataram gugur dalam pertempuran. Kekalahan melawan Belanda disebabkan oleh lumbung padi yang menjadi persediaan makanan dihancurkan oleh Belanda. Selain Sultan Agung, perlawanan terhadap VOC juga dilakukan oleh Mas Said dan Pangeran Mangkubumi.


Perlawanan Makassar

Perlawanan terhadap VOC di Makassar dilakukan oleh Kerajaan Gowa dan Tallo yang dimana kedua kerajaan tersebut bergabung menjadi Kerajaan Makassar. Dilihat dari segi geografis, letak Kerajaan Makassar sangatlah strategis dalam pusat pelabuhan perdagangan di wilayah Nusantara bagian timur. Kerajaan Makassar memiliki banyak sekali pelaut-pelaut yang ulung, dan kerajaan ini mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin pada 1654 sampai dengan 1669. Memasukki abad ke-17 Kerajaan Makassar dianggap menjadi pesaing bagi VOC dalam pelayaran dan perdagangan khususnya di wilayah Nusantara bagian timur. Merasa semakin sulit karena persaingan yang ada VOC berinisiatif untuk pura-pura mengadakan hubungan yang baik dan saling menguntungkan. Hal ini diterima dengan baik oleh Raja Gowa dan VOC diizinkan untuk berdagang dengan bebas. Seiring berjalannya waktu VOC mulai menunjukkan tujuan sebenarnya dengan mulai mengajukan tuntutan kepada Sultan Hasanuddin.

Namun tuntutan VOC tersebut ditentang oleh Sultan Hasanuddin sehingga terjadilah perlawanan dan pertempuran yang terjadi pada 1633 dan 1654. Kedua perlawanan tersebut disebabkan usaha VOC yang ingin menghalang-halangi pedagang yang masuk dan keluar dari Pelabuhan Makassar. Kedua perlawanan tersebut membuat usaha VOC masih menemui kegagalan karena sengitnya perlawanan yang ditunjukkan oleh Makassar.

Pertempuran selanjutnya dilakukan pada 1666-1667 yang menjadi perang ketiga bagi VOC melawan Makassar sekaligus menjadi perang yang besar. Dengan strategi VOC yang mengajak pasukan Raja Bone yaitu Aru Palaka dan Pasukan Kapten Yonker dari Ambon untuk menyerang Makassar. Pasukan VOC yang dipimpin oleh Speelman menyerang Pelabuhan Makassar melalui jalur laut, sementara itu pasukan Aru Palaka mendarat di Bonthain dan sukses untuk mengajak suku Bugis melakukan pemberontakan kepada Sultan Hasanuddin. Sehingga Sultan Hasanuddin terdesak dan harus menandatangani perjanjian perdamaian Bongaya di desa Bongaya pada 1667. Kegagalan Sultan Hasanuddin disebabkan oleh keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan Hasanuddin dengan Aru Palaka.


Perlawanan Banten

Perlawanan Banten terjadi disebabkan oleh peristiwa dirampasnya kapal milik Banten yang baru saja pulang dari Jawa Timur oleh kapal-kapal Belanda. Hal ini sontak menimbulkan amarah yang besar bagi Sultan Ageng Tirtayasa yang selanjutnya menyatakan perang terhadap Belanda. Namun hal ini ditentang oleh anaknya sendiri yaitu Sultan Haji. Bahkan Sultan Haji menurunkan ayahnya dari jabatannya pada 1 Maret 1680 dengan bantuan Belanda dan mengangkat dirinya sebagai Sultan Banten.

Hal itu sontak menimbulkan reaksi besar dari para tokoh bangsawan Bangsawan di bawah pimpinan Pangeran Purbaya dan tokoh ulama serta rakyat di bawah pimpinan Syeikh Yusuf. Dengan demikian rakyat Banten tidak mengakui pemerintahan oleh Sultan Haji, dan sebaliknya rakyat Banten menunjukkan kesetiaannya terhadap Sultan Ageng Tirtayasa dengan bersedia melaksanakan perang menghadapi Sultan Haji dan Belanda.

Sultan Ageng di bawah pimpinannya langsung, bersama anaknya Pangeran Purbaya dan menantunya Syeikh Yusuf pada pagi-pagi buta tanggal 7 April 1680 melancarkan serangan yang mematikan terhadap Sultan Haji dan Belanda. Namun karena kekuatan senjata yang tidak berimbang maka pasukan Sultan Ageng harus mengalami kekalahan dan menyerah pada Maret 1683.


Perlawanan Patimura Di Maluku

Setelah Inggris berkuasa di Nusantara, kekuasaan tersebut diambil alih oleh Belanda pada 1817. Perkembangan tersebut membuat rakyat maluku merasakan kesengsaraan akibat kebijakan Belanda sangatlah berbeda dengan Inggris seperti rakyat dipaksa untuk menyerahkan hasil bumi seperti rempah-rempah dan kopi dengan bayaran yang sangat kecil bahkan tidak dibayar. Hal tersebut membuat rakyat maluku melakukan perlawanan pada 1817 yang dipimpin oleh Thomas Matulessy atau yang biasa dikenal dengan Patimura yang lahir pada 1783 di Haria tepatnya di Pulau Saparua, Maluku. Saat pemerintahan Inggris, Patimura masuk dalam kedinasan militer yang berpangkat sersan.

Sehari sebelumnya terjadi pertemuan-pertemuan di Pulau Saparua yang pertama di Hutan Kayuputih untuk membahas penyerbuan ke benteng Duurstede, mereka juga membahas tentang pemilihan pemimpin perangnya pada 14 Mei 1817 yang akhirnya terpilih Thomas Matulessy dan mendapat julukan pimpinan perang Patimura. Dalam pembahasan para penguasa dan pemuda memutuskan untuk menghancurkan pusat kekuasaan kolonial di benteng Duurstede yang terletak di pulau Saparua.

Di bawah pimpinan Patimura pada malam hari tanggal 15 Mei 1817 para pemuda Saparua melancarkan serangan terhadap Belanda dengan membakar perahu-perahu pos di pelabuhan dan mengepung benteng Duurstede. Selanjutnya pada 16 Mei 1817 Patimura dan pemuda Saparua berhasil mengepung benteng tersebut. Setelah itu, Patimura dan pemuda Saparua juga berhasil menguasai benteng Deverdijk dan membunuh Residen Van Der Berg beserta keluarganya. Mendengar kabar tersebut Belanda mendatangkan bantuan besar-besaran dari Batavia pada bulan Juli yang dipimpin oleh Laksamana Muda Buykes.

Setelah itu serangan dilancarkan oleh Belanda yang membuat Patimura terdesak yang membuatnya harus menyingkir ke hutan dan melakukan perang gerilya pada Agustus 1817. Selain itu Belanda juga dapat mengambil alih kembali benteng Deverdijk pada 18 November 1817. Belanda juga berhasil menghukum mati kapitan Paulus Tiahahu. Seiring berjalannya waktu perlawanan dilanjutkan oleh Cristina Martha Tiahahu yang masih berumur 17 tahun dengan pergi ke hutan untuk melawan Belanda. Namun pada November 1817 usaha Patimura semakin terdesak dan akhirnya tertangkap dan dihukum gantung di alun-alun Ambon depan benteng Victoria pada 16 Desember 1817.


Perang Padri

Perang Padri merupakan perang yang terjadi di Sumatera Barat disebabkan pertentangan antara tokoh ulama atau disebut Kaum Padri dengan Kaum Adat. Sekelompok tokoh ulama menentang kebiasaan buruk seperti sabung ayam, tembakau, minuman keras, hukum yang tidak sesuai syariat Islam dan madat yang dilakukan oleh kaum adat. Karena Kaum Adat yang tidak mau untuk meninggalkan kebiasaan buruk tersebut walaupun sudah memeluk Islam, maka menimbulkan kemarahan Kaum Padri yang menimbulkan peperangan pada tahun 1803 sampai dengan 1833 yang kemudian disebut dengan perang saudara. Peperangan tersebut terjadi dengan Kaum Padri dipimpin oleh Harimau Nan Salapan dan Kaum Adat dipimpin oleh Sultan Arifin Muningsyah.

Kaum Adat yang merasa tertekan dalam peperangan mulai mengambil tindakan dengan meminta bantuan kepada Belanda pada 1821. Pada 1833 Kaum Adat bergabung dengan kaum Padri, dan bersamaan dengan itu di Jawa juga berkobar Perang Diponegoro pada 1835 sehingga pasukan Belanda di Sumatera Barat harus dikurangi untuk dikerahkan di Jawa, Belanda pada saat itu melancarkan taktik perdamaian dengan Kaum Padri pada 1825. Namun kenyataan yang terjadi pasukan Belanda masih melakukan tekanan-tekanan terhadap rakyat setempat, sehingga menimbulkan perlawanan kembali dari Kaum Padri yang diikuti oleh rakyat setempat. Perlawanan tersebut semakin mudah menyebar ke berbagai tempat. Tuanku Imam Bonjol didukung oleh Tuanku Nan Gapuk, Tuanku Hitam, dan Tuanku Nan Cerdik, sehingga pada 1826 intensitas pertempuran semakin memanas. Bahkan salah satu markas Kaum Padri di Tanjung Alam mengalami serangan oleh pasukan Belanda pada 1833.

Akibat markasnya yang diserang, pasukan Kaum Padri mulai melemah dengan ditandai beberapa pemimpinnya menyerah seperi Tuanku Nan Cerdik. Sejak itu perlawanan Kaum Padri terhadap Belanda dilanjutkan dengan dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Agar Perang Padri segera selesai Gubernur Jendral Van Den Bosch menengok langsung ke medan pertempuran, ia mengeluarkan beberapa pernyataan dimana mereka yang memihak Belanda akan diberikan hak-hak istimewa. Selain itu Belanda juga mengajak perundingan dengan Imam Bonjol, namun dibalik ajakan rundingan tersebut Belanda ingin mengetahui kekuatan terakhir dari pihak Kaum Padri yang ada di Benteng Bonjol dan berharap agar Imam Bonjol menyerahkan diri.

Tetapi perundingan tersebut gagal, namun Belanda sudah mempersiapkan dengan mengepung benteng, alhasil Benteng Bonjol jatuh di tangan Belanda. Akhirnya Imam Bonjol dan pasukannya tertangkap pada 25 Oktober 1837 dibuang di Cuanjur lalu dipindahkan di Ambon dan selanjutnya dibuang di Minahasa.


Perang Diponegoro

Babad Diponegoro yang ditulis oleh Pangeran Diponegoro pada waktu di Penjara Manado mengisahkan bahwa sejak kecil ia mengabdi untuk agama Islam, ia hidup bersama neneknya di Tegalrejo untuk menghidari dari pengaruh kehidupan Keraton Yogyakarta. Dalam perangnya Diponegoro senantiasa selalu menegakkan ajaran dan syariat Islam di daerah kekuasaannya. Kiai Mojo atau yang sering disebut Mojo Solo dipilih oleh Diponegoro untuk dijadikan sebagai penasehat keagamaannya.

Diponegoro sebagai putera dari Sultan Hamengkubuwono III memiliki pengaruh yang besar, bahkan Belanda menyesal memiliih beliau menjadi wali Sultan Hamengkubuwono V yang dianggap Belanda sebagai ancaman bagi kekuasaan Belanda sehingga pemerintahan diberikan kepada Patih Danurejo dan di bawah kekuasaan residen. Kebijakan lain yang dianggap melecehkan Diponegoro seperti mengambil keputusan tanpa dirundingkan terlebih dahulu. Hal tersebut terjadi seperti dalam pengangkatan penghulu itu sebagai hak sultan, namun waktu penghulu Rachmanudin berhenti karena memiliki pendapat yang berbeda dengan patih, dengan itu residen dan patih mengangkat pengganti tanpa persetujuan terlebih dahulu oleh wali. Diponegoro menentang hal tersebut dan menganggap pengangkatan tersebut tidak sah. Pelecehan lainnya juga terjadi seperti dalam pesta, Diponegoro diperlakukan tidak pantas oleh pegawai Belanda, yang membuat Diponegoro meninggalkan pesta dan mengasingkan dirinya ke Tegalrejo.

Seiring berjalannya waktu patih bersama residen memerintahkan untuk menyambung jalan dari kota menuju Tegalrejo yang dikenal dengan jalan Notoyudan yang akan melewati tempat yang dianggap keramat oleh Diponegoro karena merupakan makam para leluhur Diponegoro, maka Diponegoro menentang kebijakan tersebut. Penentangan Diponegoro tersebut menyebabkan pasukan Belanda menyerang daerah Tegalrejo sehingga terjadi perlawanan Diponegoro pada 25 Juli 1825, setelah pertempuran Diponegoro harus mengungsi ke Gua Selarong guna mengatur siasat perang dan keluarga Diponegoro diungsikan ke Dekso. Kabar mengenai adanya perlawanan Diponegoro terhadap Belanda cepat menyebar ke berbagai daerah, para petani yang menderita, tokoh ulama, dan bangsawan yang kecewa terhadap Belanda segera datang dan ikut Diponegoro dalam perlawanan terhadap Belanda.

Semakin kuatnya pasukan Diponegoro, membuat Belanda mengajukan perdamaian namun selalu ditolak. Diponegoro dianggap membahayakan kedudukan Belanda di Nusantara oleh sebab itu Belanda menggunakan segala cara dan siasat dalam menghentikan Diponegoro. Menginjak tahun 1829 sudah kurang lebih 200 ribu pasukan Diponegoro gugur dalam pertempuran. Diponegoro semakin terdesak dan terpaksa melakukan perundingan dengan Belanda. Pemerintahan Belanda memerintahkan De Kock untuk menghentikan perlawanan agar memudahkan dalam melapangkan jalan yang digunakan untuk Culturstelsel. Perang tersebut mengakibatkan 15.000 tentara, terdiri 8 ribu orang Eropa dan 7 ribu orang serdadu pribumi. Selain itu perkebunan swasta asing hancur, sehingga kemakmuran rakyat lenyap.


Perang Aceh 

Perang Aceh terjadi akibat pelanggaran Traktat London yang sudah ditandatangani pada 1824 oleh Belanda. Isi dalam Traktat London sebagaimana berikut ini Belanda menjamin keamanan di perairan Aceh, tanpa mengganggu kedaulatan Aceh. Namun, Kesultanan Aceh sudah tidak lagi diakui pada 1863 dikarenakan Sultan Deli menerima perjanjian Belanda dengan diperbolehkan untuk membuka perkebunan tembakau besar-besaran di Deli. Dengan adanya pembukaan terusan Suez yang membuat posisi Aceh semakin strategis, keuntungan yang besar, dan ketamakan Belanda dan Inggris membuat Aceh menjadi waspada. Pada akhir November 1871 lahir Traktat Sumatera dimana Inggris wajib melepaskan diri dari segala unjuk perasaan terhadap perluasan kekuasaan Belanda di wilayah manapun di Sumatera. Sehingga pembatasan Traktat London 1824 tentang Aceh dibatalkan.

Sebenarnya Aceh pada 1872 sudah mendapatkan peringatan dari Multatuli tentang Belanda terus menghimpun pasukan untuk menyerang Aceh, namun dihiraukan oleh Sultan Aceh. Gubernur Jenderal London memiliki keinginan untuk segera pada tanggal 18 Februari 1873 mengirimkan Jan Nieuwenhuyzen bersama kapal perang ke Aceh.

Serangan pertama Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Kohler dengan 3193 prajurit menembaki daerah pantai, pasukan Aceh mundur dan berkubu di Masjid Raya. Pasukan Belanda langsung menyerang Masjid Raya dengan menembaki meriam sehingga Masjid Raya terbakar, pasukan Aceh pun mundur, Belanda berhasil menguasai masjid tersebut. Namun Jendral Kohler berhasil ditembak mati oleh pasukan Aceh sehingga digantikan posisinya oleh Van Dalen, dan menarik diri dari Masjid Raya. Pasukan Aceh melakukan konsolidasi di Istana Sultan Mahmudsyah. Pasukan-pasukan Aceh terus digerakkan untuk menyerang pos-pos Belanda. Dengan demikian usaha serangan Belanda gagal. Sehingga Belanda memilih untuk melakukan blokade terhadap Aceh. Seiring berjalannya waktu muncul tokoh-tokoh yang memimpin perlawanan di daerahnya masing-masing seperti Cut Banta, Teungku Cik Di Tiro, Teuku Imam Lueng Bata, Panglima Polem, Teuku Umar, dan Cut Nyak Din.

Belanda menggunakan strategi memisahkan daerah Aceh utara dari Aceh selatan untuk memadamkan perlawanan rakyat Aceh. Belanda juga menjaga pantai laut oleh angkatan laut besenjata Belanda. Siasat yang digunakan Belanda disebut konsentrasistelsel dimana daerah yang dikuasai oleh Belanda dibuat makmur supaya rakyat Aceh yang melawan Belanda menyerahkan senjata dan kembali ke daerah yang makmur. Namun siasat tersebut gagal, dikarenakan banyak kawat berduri sebagai pembatas dirusak oleh kaum gerilya dan membunuh penjaganya.

Selain itu Teuku Umar yang sudah menyerah kepada Belanda pada 1893, melakukan perlawanan kembali pada 1896 terhadap Belanda setelah sukses dalam mengambil banyak senjata Belanda. Kondisi ini semakin mempersulit Belanda, kemudian muncul Dr. Snouk Hurgronye yang sebagai ahli bahasa Timur dan hukum Islam. Dr. Snouk Hurgronye melakukan penelitian bahwa sebenarnya Sultan Aceh tidak mempunyai kekuatan apapun tanpa persetujuan dari kepala-kepala yang ada di bawahnya. Selain itu juga terdapat pengaruh kaum ulama yang cukuup kuat, karena itulah sulit untuk menundukkan rakyat yang berkeyakinan agama kuat.

Seiring berjalannya waktu banyak dari pemimpin-pemimpin tangguh Aceh yang hilang, membuat perlawanan Aceh semakin memudar, dilain hal pihak Belanda semakin memperkuat kekuasaannya di Aceh. Perlawanan Aceh dapat dikatakan sebagai perlawanan yang paling besar dan lama selama abad ke-19.


Perang Banjar

Perang Banjar merupakan pertempuran antara Kesultanan Banjar dengan pemerintah kolonial Belanda terjadi pada 1859 sampai dengan 1905. Perlawanan Banjar disebabkan oleh sebagai berikut ini.
1. Belanda memperluas wilayah kekuasaan dengan cara yang merugikan bagi Kesultanan Banjar,
2. Belanda melakukan monopoli perdagangan sumber daya alam Kesultanan Banjar,
3. Belanda ikut campur masalah internal kesultanan,
4. Belanda menerapkan kerja Rodi terhadap rakyat Banjar.

Perang Banjar terjadi cukup lama hingga berangsur-angsur lamanya hingga berganti-gantinya kepemimpinan di Kesultanan Banjar. Seperti terlihat setelah kepemimpinan Hidayatullah, muncul sosok Antasari sebagai pemimpin Banjar yang kharismatik dan juga menjadi pusat kesetiaan rakyat Banjar yang terutama anti Belanda. Hingga akhir hayatnya yang wafat dikarenakan cacar yang menyerang tubuhnya pada 1862.

Perlawanan Banjar terus berlanjut sampai keturunan-keturunan selanjutnya. Hingga akhirnya Sultan Muhammad Seman pada 1905 gugur karena terbunuh hingga harus mengakhiri garis keturunan Kesultanan Banjar. Hal tersebut juga mengakhiri perlawanan rakyat Banjar terhadap Belanda.


Perang Bali

Perang Bali dilatar belakangi oleh banyaknya kapal dari Belanda yang memuat banyak barang dagangan yang terdampar di salah satu pantai di kerajaan Bali dan muatan dalam kapal tersebut dirampas oleh kerajaan tersebut. Sudah berulang kali Belanda mengajukan protes dan mengadakan perjanjian tentang hal tersebut, namun raja-raja di Bali sama sekali tidak mengindahkan hal tersebut. Raja-raja di Bali masih menerapkan hukum tawan karang yang merupakan hak kerajaan Bali dimana raja akan merampas kapal yang terdampar di wilayah mereka lengkap beserta seluruh muatannya.

Belanda melakukan serangan pertama pada 1836 namun menemui kegagalan dan dilakukan perundingan untuk melakukan serangan kembali. Belanda mengirimkan pasukan militernya pada 1846 ke daerah Buleleng dan terjadilah pertempuran Kerajaan Buleleng yang dibantu Karangasem melawan pasukan Belanda. Bali dipimpin oleh I Gusti Ketut Jelantik dengan membangun Benteng Jagakarsa untuk menahan serangan Belanda. Belanda yang terus menyerang Benteng Jagakarsa pada 1849, membuat pasukan Bali tertekan, karena kalah dalam persenjataan, maka pasukan Bali dipaksa untuk mundur sehingga benteng tersebut dikuasai Belanda. Perlawanan terhadap Belanda semakin lemah di akhir abad ke-19 yang membuat sebagian Kerajaan Bali dikuasai oleh Belanda.

Perang Bali dengan Belanda kembali berkobar pada 1904 dikarenakan Kerajaan Badung merampas kapal dagang Cina yang terdampar, alhasil Belanda berhasil merebut kota Denpasar. Akhirnya para raja-raja Bali melakukan puputan yaitu perang habis-habisan yang diikuti para saudara dan bangsawan bersenjatakan tombak dan keris melawan Belanda. Mereka memilih gugur di pertempuran daripada harus menyerah kepada Belanda.

Mempercepat Loading Blog Dengan LazyLoad Pure JavaScript


Tutorial Cara Mempercepat Loading Blog Menggunakan Script Lazyload Pure Javascript
Cara Mengatasi Leverage browser caching Image di Google PageSpeed Insights, kali ini saya akan memberikan tutorial untuk mengatasi gambar thumbnail yang memberatkan loading blog ketika di cek menggunakan Google PageSpeed Insights / gtmetrix.com dengan LazyLoad Image Pure JavaScript.
Ketika kalian mengecek

Materi Sejarah Perlawanan Kerajaan Di Nusantara Terhadap Portugis

Materi Sejarah Perlawanan Kerajaan Di Nusantara Terhadap Portugis

Kehadiran Portugis di Nusantara yang dilatar belakangi oleh peristiwa penjelajahan samudera oleh Portugis didasari oleh runtuhnya Konstatinopel oleh Turki Usmani tahun 1455 yang menyebabkan hilangnya pusat perdagangan, sehingga Portugis melaksanakan penjelajahan samudera untuk mencari pusat dari rempah-rempah. Hal ini menimbulkan terjadinya perlawanan rakyat di Nusantara terhadap Portugis.


Dengan adanya perjanjian Tordesilas tahun 1494 M menjadi awal penjelajahan samudera oleh Portugis pada abad 15. Dimana isi dari perjanjian tersebut ialah pembagian wilayah penjelajahan samudera antara Portugis melaksanakan penjelajahan samudera ke arah timur sementara Spanyol melaksanakan penjelajahan samudera ke arah barat.


Seorang tokoh pertama Portugis yang mengawali penjelajahan samudera yang bernama Batolomeus Diaz yang meskipun gagal, seiring berjalannya waktu di bawah pimpinan Alfonso De Alburqueque dapat sampai di Malaka tahun 1511 dan dapat menguasai kerajaan di Malaka dan melanjutkan perjalanannya ke Nusantara untuk mencari rempah-rempah, namun banyak sekali hambatan yang dihadapi, berikut ini hambatan yang dialami bangsa Portugis.


Perlawanan Kerajaan Malaka

Kerajaan Malaka merupakan sebuah kerajaan yang terletak di bagian ujung barat di Nusantara yang memiliki letak yang sangat strategis bagi para pedagang yang ingin singgah di pulau ini. Pada saat penjelajahan samudera bangsa Portugis yang sudah sampai di Kalkuta mendengar kabar bahwa di Malaka terdapat rempah-rempah yang banyak dan lebih murah. Oleh karena itu bangsa Portugis mengirimkan utusan Diogo Lopes De Sequeira untuk menjalin hubungan dengan Kerajaan Malaka.

Pada tahun 1511 Portugis berhasil untuk menguasai Malaka yang harus mengalahkan perlawananan sengit dari Malaka, hingga Sultan Mahmud Syah yang menjadi pemimpin Malaka harus mengungsi ke pulau Bintan. Walaupun begitu rakyat Malaka tetap melakukan perlawanan yang dibantu oleh berbagai daerah di sekitar Malaka. Bantuan juga datang dari Demak yang dipimpin oleh Adipati Unus pada 1525 namun mengalami kegagalan, selain itu juga datang oleh Katir dari Jepara yang memberikan bantuan 1000 pasukan dan 100 kapal untuk membantu perlawanan Malaka atas Portugis, serta kerajaan muslim di Asia Barat Daya seperti Turki yang mengirimkan bantuan.


Perlawanan Kesultanan Demak

Pada tahun 1511 Kesultanan Demak sudah mendengar adanya kabar bahwa Malaka sudah dikuasai oleh Portugis, maka muncul kekhawatiran apabila Portugis sampai di Demak dan menguasai Kesultanan Demak. Maka dikirimlah Adipati Unus ke Malaka untuk mencegah dan memberikan perlawanan terhadap Portugis.

Seiring waktu yang berjalan muncul sebuah kabar dari persekutuan Pajajaran, bahwa Portugis sudah sampai di Pulau Jawa. Hal ini mengakibatkan kekhawatiran Kesultanan Demak semakin memuncak, hingga akhirnya pada saat itu yang dipimpin oleh Sultan Trenggono mengutus Fatahilah pada 22 Juni 1527 yang berhasil menguasai Sunda Kelapa yang sebelumnya sudah dikuasai dan dibangun benteng oleh Portugis pada 1527. Sejak itulah nama Jayakarta menjadi pengganti nama Sunda Kelapa, yang berarti kemenangan yang gemilang.


Perlawanan Kesultanan Ternate-Tidore (Maluku)

Pada tahun 1521 datangnya bangsa Portugis dan Spanyol di Maluku yang khususnya di Ternate dan Tidore tidak hanya melakukan monopoli perdagangan saja akan tetapi bangsa tersebut juga melakukan pemaksaan dan kekerasan militer terhadap rakyat di Ternate dan Tidore. Selain itu juga banyak sekali permasalahan yang terjadi seperti pelanggaran terhadap perjanjian persahabatan dan dagang antara Gubernur Portugis De Mesquita dengan Sultan Ternate Khairun pada tahun 1564 yang dimana Sultan Khairun dianggap di bawah jajahan Portugis. Meskipun terjadi pembaharuan dari perjanjian yang menyebutkan, beberapa hak sultan diakui namun Portugis tetap melaksanakan monopoli perdagangan dalam hal rempah-rempah di Ternate dan juga usaha usaha pelaksanaan kristenisasi di wilayah Ternate tidak boleh dihalang-halangi serta apabila terjadi permasalahan atau perselisihan antara sultan dengan gubernur, maka akan diselesaikan oleh raja Portugis.

Diakibatkan dari dianggapnya Kesultanan Ternate hanya sebagai tanah jajahan saja oleh Gubernur De Mesquita, membuat Sultan Khairun geram dan kehilangan kesabarannya setelah menempuh satu tahun perjanjian yang dilaksanakan. Oleh karena itu Sultan Khairun memutuskan perjanjian secara sepihak dan menyatakan perang terhadap Portugis dengan mengerahkan pasukan Sultan Khairun serta rakyatnya untuk mengusir orang yang beragama Kristen baik portugis maupun penduduk asli ke luar kekuasaan Kesultanan Ternate. Hal ini menyebabkan terjadi pertempuran yang memakan banyak korban dan banyak diantara orang Portugis dan penduduk yang beragama Kristen melarikan diri ke Ambon dan Mindanao.

Gubernur De Mesquita sempat dibuat marah oleh peristiwa ini bahkan meminta bantuan dari Goa dan Malaka. Hal ini tidak membuat pasukan di bawah pimpinan Sultan Khairun gentar, tetapi malah membuat semangat perjuangannya semakin berkobar yang didasari oleh semangat untuk mati syahid di medan pertempuran. Hal ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi pasukan Portugis, hingga akhirnya Sultan Khairun diajak untuk berdamai. Sultan Khairun menyetujui perdamaian tersebut dengan adanya syarat bahwa semua orang yang beragama Kristen harus ke luar dari Kesultanan Ternate yang selanjutnya disetujui oleh Sultan Khairun dan Gubernur De Mesquita. Acara perdamaian yang dilaksanakan pada 28 Januari 1570 harus berakhir tragis dimana pada saat acara tersebut 139 rakyat ternate termasuk Sultan Khairun tewas ditikam oleh tentara Portugis.

Setelah Sultan Khairun wafat digantikan posisinya oleh Babullah, mendengar kabar ayahnya Sultan Khairun yang tewas ditikam oleh tentara Portugis menimbulkan kemarahan anaknya Babullah. Ia melaksanakan perlawanan terhadap Portugis dengan bekerja sama dengan para sultan di sekitar Maluku seperti Tidore, Ambon, dan Gowa. Akhirnya tentara Portugis menyerah kepada Sultan Babullah pada 1575 setelah benteng Portugis terkurung dan tidak mendapatkan suplai bantuan dari tentara Portugis yang didatangkan dari Malaka dan Goa akibat tidak bisa menembus blokade pasukan Sultan Ternate selama 5 tahun.

Materi Sejarah Indonesia Pasca VOC

Materi Sejarah Indonesia Pasca VOC

Kependudukan Herman Willem Daendles

Kebijakan dalam pemerintahan kerajaan Belanda yang dikendalikan oleh Perancis sangatlah terlihat disaat Gubernur Jendral Herman Willem Daendles yang menjabat pada 1808 sampai dengan 1811. Tokoh yang lahir di Perancis ini mengemban tugas utamanya untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan pasukan Inggris. Dalam upayanya mempertahankan Pulau Jawa dari Inggris, Herman Willem Daendles menerapkan kebijakan-kebijakan berikut ini.
1. Membuat jalan pos Anyer-Panarukan yang menghubungkan Anyer di Jawa Barat sampai dengan Panarukan di Jawa Timur dengan panjang kurang lebih 1000km,
2. Membentuk pasukan tentara,
3. Mendirikan benteng,
4. Mendirikan pabrik mesiu dan senjata di Semarang dan Surabaya,
5. Membangun rumah sakit tentara,
6. Mendirikan pelabuhan di Anyer dan Ujung Kulon,
7. Membuat perahu-perahu kecil untuk mendukung kepentingan perang.


Gubernur Jendral Herman Willem Daendles dikenal dengan sifatnya yang keras, disiplin dan kejam. Herman Willem Daendles dalam mendapatkan sokongan dana untuk menghadapi Inggris, Herman Willem Daendles menerapkan beberapa kebijakan seperti berikut ini.
1. Melaksankan contingenten, yaitu pajak yang berupa hasil bumi,
2. Menerapkan prianger stelsel, yaitu kewajiban rakyat Priangan untuk menanam tanaman kopi,
3. Menerapkan verplichte leverentie, yaitu kewajiban menjual hasil bumi kepada pemerintah Belanda dengan harga yang sudah ditetapkan,
4. Kerja rodi, yaitu sistem kerja paksa bagi kaum pribumi.


Kerajaan Belanda di bawah kekuasaan Raja Louis Napoleon dihapuskan oleh Kaisar Napoleon Bonaparte pada tahun 1810, sehingga negara Belanda dijadikan wilayah kekuasaan Perancis. Dengan demikian wilayah jajahan Belanda di Indonesia menjadi wilayah jajahan Perancis.


Pada tahun 1811 Daendles dianggap sangat otoriter oleh Kaisar Napoleon sehingga Daendles harus ditarik kembali ke Belanda dan digantikan oleh Gubernur Jendral Janssens. Dalam berkuasa Gubernur Jendral Janssens tidak sekuat dan tidak secakap memimpin seperti Daendles dalam melaksanakan tugasnya, bahkan saat Inggris menyerang Pulau Jawa, ia menyerah dan menandatangani Perjanjian Tuntang pada 1811 di Semarang.


Dalam melaksanakan tugas Daendles memiliki kebijakan-kebijakan yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat seperti berikut ini.
1. Adanya contingenten, verplichte leverentie, dan prianger stelsel,
2. Membangun jalan Anyer-Panarukan,
3. Membangun pelabuhan dan membuat kapal perang berukuran kecil,
4. Menerapkan kerja paksa rodi,
5. Menjual tanah rakyat terhadap pihak swasta,
6. Melarang penyewaan desa, kecuali untuk produksi gula, garam dan sarang burung,
7. Melarang pegawai pemerintah yang menerima gaji tetap dalam melakukan perdagangan.


Begitu kerasnya kebijakan yang menindas dan memeras rakyat diterapkan di Nusantara membuat banyak rakyat yang antipati terhadap Gubernur Jendral Herman Willem Daendles. Berikut dampak yang terjadi atas kebijakan Gubernur Jendral Herman Willem Daendles yang menindas dan memeras rakyat.
1. Kebencian yang mendalam baik dari kalangan penguasa maupun rakyat,
2. Lengsernya Daendles,
3. Penderitaan atas kemiskinan yang berkepanjangan,
4. Adanya tanah partikelir yang dikelola oleh pengusaha swasta,
5. Perlawanan oleh penguasa maupun rakyat.


Gubernur Jendral Herman Willem Daendles dilengserkan dikarenakan suatu hal seperti berikut ini.
1. Gubernur Jendral Herman Willem Daendles melanggar undang-undang negara dengan melakukan penyimpangan dengan menjual tanah rakyat ke perusahaan swasta,
2. Gubernur Jendral Herman Willem Daendles mempunyai sikap yang tidak harmonis terhadap penguasa lokal dan rakyat setempat, hal ini dapat mengakibatkan rakyat Nusantara akan memihak Inggris.


Kependudukan Thomas Stamford Raffles

Perjanjian Tuntang tahun 1811 di Semarang dengan menyerahnya Belanda kepada Inggris mengawali pendudukan kolonial Inggris di Indonesia. Sebagai awal pendudukan kolonial Inggris di Indonesia, Thomas Stamford Raffles diangkat menjadi Letnan Gubernur East India Company atau biasa disingkat EIC di Nusantara dan menjabat pemerintahan selama 5 tahun dari tahun 1811 sampai dengan 1816 dengan membawa perubahan yang berasaskan liberalisme.


Thomas Stamford Raffles dalam memerintah di Nusantara mengadakan beberapa perubahan diantaranya dalam bidang ekonomi dan pemerintahan. Seperti contohnya kebijakan Daendles dahulu yang dikenal dengan contingenten diubah oleh Thomas Stamford Raffles dengan sistem sewa tanah atau landrent yaitu para petani maupun rakyat harus membayar pajak sebagai uang sewa karena semua tanah dianggap milik negara.


Selain kebijakan landrent, Thomas Stamford Raffles juga menerapkan beberapa kebijakan di Nusantara,antara lain sebagai berikut.
1. Membagi wilayah jawa menjadi 16 karisidenan,
2. Menetapkan tanah sebagai milik negara serta mengenakan biaya sewa kepada rakyat,
3. Menghapus prianger stelsel, kerja paksa, dan menghentikan perbudakkan,
4. Menerapkan sistem pemerintahan dan kehukuman seperti di Inggris,
5. Mengangkat bupati menjadi pegawai pemerintahan,
6. Menghapus hukum turun-temurun,
7. Memberikan kebebasan kepada rakyat untuk menanam tanaman sendiri akan tetapi tanaman yang ditanam harus dapat diperdagangkan.


Seiring berjalanannya waktu pemerintahan yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles menunjukkan bahwa penerapan kebijakan landrent di Nusantara gagal, adapun beberapa faktor yang membuat kebijakan ini gagal.
1. Banyaknya masyarakat pedesaan belum terbiasa dengan sistem uang,
2. Sulit menentukan luas dan tingkat kesuburan tanah,
3. Sulit menentukan besarnya pajak yang dikenakan kepada pemilik tanah yang luasnya berbeda,
4. Kurangnya jumlah tenaga pegawai.


Tindakan Thomas Stamford Raffles yang membagi wilayah Jawa menjadi 16 karisidenan, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengawasan terhadap daerah yang dikuasai dengan menempatkan seorang residen dan dibantu oleh asisten residen disetiap karisidenannya.


Selain itu Thomas Stamford Raffles juga memberikan dampak positif bagi Indonesia, seperti halnya.
1. Merintis kebun raya Bogor,
2. Menemukan bunga Rafflesia Arnoldi,
3. Menyusun buku yang berjudul History Of Java,
4. Menerapkan sistem pengadilan yang didasarkan oleh pengadilan Inggris.


Thomas Stamford Raffles harus mengakhiri pemerintahannya di Nusantara akibat perubahan politik yang terjadi di Eropa. Napoleon Bonaparte harus menyerah kepada Inggris pada 1814 yang mengakibatkan Belanda lepas dari kendali Perancis, kemudian Belanda dan Inggris mengadakan pertemuan di London, Inggris. Pertemuan yang dikenal dengan Convention Of London 1814 berisikan Belanda memperoleh kembali daerah jajahannya yang dulu direbut Inggris. Status Indonesia dikembalikan sebagaimana dulu sebelum perang, yaitu di bawah kekuasaan Belanda.


Thomas Stamford Raffles sebenarnya tidak setuju akan keputusan Convention Of London 1814, ia harus meletakkan jabatannya kepada Letnan Gubernur John Fendall. Baru pada 1816 John Fendall memberikan wilayah Indonesia kepada Belanda.



Penempatan Belanda 2

Belanda mengambil alih kekuasaan setelah kependudukan Inggris di Nusantara pada tahun 1814. Belanda memang menang dalam peperangan namun Belanda juga menang dalam kerugian, karena Belanda menang disaat keadaan keuangan Belanda menunjukkan titik minus. Selanjutnya Belanda memerintahkan tokoh-tokoh di negara Vassal untuk memperbaiki keadaan keuangan Belanda.


Belanda mengirim Van Der Capellen ke Nusantara pada 1816 dengan mengemban tugas pada 1817 sampai dengan 1830 untuk menyelesaikan masalah keuangan negara Belanda yang minus dan beban utang yang menumpuk dengan menerapkan kebijakan ekonomi dan politik yang menganut paham liberal. Kalangan konservatif menganggap bahwa seiring dengan kesulitan ekonomi yang menimpa Belanda, maka dianggap kebijakan ekonomi dan politik liberal gagal. Kaum liberal dan kaum konservatif silih berganti dalam mendominasi pemerintahan, keadaan ini juga berdampak dalam ekonomi dan politik di Nusantara.


Belanda sendiri ada 2 paham yang memiliki pendapat yang berbeda yaitu antara lain.
1. Paham konservatif,
Memiliki keyakinan bahwa tanah jajahan akan memberikan keuntungan bagi Belanda apabila urusan ekonomi dipegang langsung oleh pemerintah.

2. Paham liberal.
Memiliki keyakinan bahwa tanah jajahan akan memberikan keuntungan bagi Belanda apabila urusan ekonomi dipegang sepenuhnya oleh swasta tanpa campur tangan pemerintah.


Van Der Capellen gagal menjatuhkan kaum liberal, di parlemen dan pemerintahan sudah dikuasai dan didominasi oleh kaum konservatif. Kebijakan ekonomi dan politik konservatif mulai diterapkan di Nusantara pada masa Gubernur Jendral Van Den Bosch. Kebijakannya seperti pada 1830 yang menerapkan aturan kerja rodi atau kerja paksa yang dikenal dengan sebutan cultuurstelsel yaitu rakyat dipaksa untuk bekerja dan menanam tanaman yang laku diperdagangan internasional seperti kopi, teh, lada, kina dan tembakau tanpa imbalan.


Praktek kebijakan cultuurstelsel diterapkan agar mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dalam waktu yang singkat sehingga Belanda dapat menutup semua utang-utang yang dimilikinya serta mengembalikan keuangan Belanda pada kurva positif. Dalam prakteknya cultuurstelsel terdapat peraturan yang harus dilaksanakan oleh rakyat seperti berikut ini.
1. Pelaksanaan cultuurstelsel diserahkan sepenuhnya kepada kepala desa,
2. Lahan tanaman wajib bebas pajak, karena hasil dari lahan tersebut disetor kepada pihak Belanda sebagai pajak,
3. Rakyat yang tidak memiliki tanah, diharuskan bekerja selama 66 hari lamanya dalam setahun di dalam perkebunan atau perusahaan milik pemerintah,
4. Apabila terjadi gagal panen atau kerusakan menjadi tanggung jawab pihak pemerintah,
5. Rakyat memiliki kewajiban menyisihkan 1/5 dari lahan garapannya untuk ditanami tanaman wajib,
6. Tenaga dan waktu untuk menggarap tanaman wajib tidak boleh lebih dari waktu untuk menanam padi,
7. Apabila terjadi kelebihan hasil panen dari jumlah yang ditentukan maka akan dikembalikan.


Bila ditinjau dengan cermat peraturan dalam kebijakan cultuurstelsel apabila dilaksanakan akan menjadi sebuah peraturan yang baik, akan tetapi dalam pelaksanaan cultuurstelsel banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan didalamnya, seperti berikut ini.
1. Apabila terjadi gagal panen ditanggung petani,
2. Rakyat memiliki kewajiban memberikan lebih dari 1/5 lahan garapannya sebagai cadangan apabila hasil kurang menguntungkan,
3. Apabila terjadi kelebihan hasil panen tidak dikembalikan,
4. Rakyat yang tidak memiliki tanah, diharuskan bekerja selama lebih dari 66 hari lamanya dalam setahun di dalam perkebunan atau perusahaan milik pemerintah,
5. Lahan tanaman wajib tetap ditarik pajak.


Cultuur procenten menjadi penyebab terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan cultuurstelsel dimana banyak dari kepala desa yang tergiur oleh iming-iming cultuur procenten, yaitu hadiah dari pemerintah untuk kepala desa apabila dapat menyerahkan hasil panen melebihi ketentuan yang sudah ditetapkan tepat waktu.


Hal tersebut yang menyebabkan para penguasa semakin gencar dalam menekan rakyat untuk lebih keras dalam bekerja menghasilkan tanaman wajib, sehingga para penguasa mendapatkan hasil yang lebih dari yang sudah ditetapkan dan memperoleh hadiah serta pujian dari pemerintah Belanda. Hal ini mengakibatkan kesengsaraan dan penderitaan bagi rakyat pribumi yang ditindas dengan semena-mena, daerah-daerah yang mengalami penderitaan diantaranya berikut ini.
1. Lembah Sala, meliputi Madiun, Surakarta, dan Yogjakarta,
2. Lembah Brantas, meliputi Besuki, Kediri, dan Surabaya,
3. Sumatera Barat,
4. Priangan,
5. Jepara dan Tuban.


Dengan hanya kurun waktu 40 tahun dari tahun 1830 sampai dengan 1870 Belanda berhasil menutup utang-utangnya yang hanya 33 juta gulden, namun dari kinerja Van Den Bosch melalui cultuurstelsel mampu menghasilkan 823 juta gulden. Sehingga sisa dari hasil cultuurstelsel tersebut digunakan untuk membangun gedung-gedung dan jalan kereta api serta membangun fasilitas lainnya di Belanda. Keberhasilan tersebut membuat Van Den Bosch menjadi tokoh yang dianugerahi gelar De Graaf pada 1839 karena jasa-jasanya yang mampu memakmurkan dan mensejahterakan Belanda.


Kebijakan Pintu Terbuka

Pada tahun 1850 di Belanda diadakan pemilu yang dimenangkan oleh kaum liberal yang mengakibatkan kebijakan politik Belanda yang mencari keuntungan sebesar-besarnya ditentang oleh kaum liberalis dan humanitaris. Kaum liberal mencoba untuk memperbaiki kesejahteraan kehidupan rakyat yang berada di Nusantara yang menemui titik terang dengan dikeluarkan UU Agraria 1870.


Dalam UU Agraria 1870 berisikan sebagai berikut ini.
1. Pengusaha dapat menyewa tanah dari gubernemen dengan jangka waktu 75 tahun,
2. Rakyat pribumi memiliki hak untuk memiliki tanah dan menyewakannya kepada pengusaha swasta,


Adapun tujuan dari pembentukkan UU Agraria 1870 sebagai berikut ini.
1. Memberikan perlindungan atas tanah rakyat pribumi agar tidak hilang,
2. Memberikan jaminan dan kesempatan pihak swasta untuk membuka usaha dalam bidang perkebunan di Nusantara.


Adapun tujuan dari UU Agraria 1870 adalah untuk mendukung pelaksanaan politik pintu terbuka dimana membuka Pulau Jawa untuk pihak swasta. Pihak Belanda juga memberikan keamanan dan kebebasan bagi pihak swasta untuk menyewa tanah bukan untuk membelinya. Hal ini agar tanah pribumi tidak jatuh ke tangan pihak swasta. Tanah tersebut dimaksudkan agar pihak swasta untuk menghasilkan tanaman-tanaman yang dapat diekspor ke Eropa.


Adapun undang-undang lainnya yang dikeluarkan oleh pihak Belanda yaitu UU Suiker Wet 1870 yang memiliki tujuan agar memberikan kesempatan bagi pengusaha perkebunan gula dalam mengembangkan usahanya. Berikut ini merupakan isi dari UU Suiker Wet 1870.
1. Semua perusahaan gula harus sudah diserahkan kepada swasta pada tahun 1891,
2. Dihapusnya perusahaan gula milik pemerintah secara bertahap.


Seiring waktu berjalan dengan adanya UU Suiker Wet 1870 dan UU Agraria 1870 semakin membuat banyak pihak swasta yang mau menginvestasikan modalnya di Nusantara dalam bidang perkebunan maupun pertambangan. Berikut ini beberapa perkebunan yang dikelola pihak asing di Nusantara.
1. Perkebunan teh di Jawa Barat dan Sumatera Utara,
2. Perkebunan karet di Sumatera Timur,
3. Perkebunan tebu di Jawa Tengah dan Jawa Timur,
4. Perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara,
5. Perkebunan tembakau di Deli, Sumatera Utara,
6. Perkebunan kina di Jawa Barat.


Adanya politik pintu terbuka yang diekspektasikan untuk menunjang kesejahteraan rakyat justru membuat rakyat pribumi semakin sengsara dengan eksploitasi besar-besaran terhadap sumber pertanian maupun tenaga manusia. Dampak pengaruh dari adanya UU Agraria 1870 dalam kehidupan rakyat sebagai berikut ini.
1. Rakyat pribumi semakin menderita, sengsara, dan miskin,
2. Fasilitas perhubungan dan irigasi mulai dibangun,
3. Lahirnya pedagang perantara,
4. Rakyat pribumi mulai mengenal upah dengan uang,
5. Rakyat pribumi mulai mengenal barang impor dan ekspor.


Politik pintu terbuka yang memiliki ekspektasi membawa perubahan yang lebih baik bagi rakyat Nusantara, justru membuat semakin sengsaranya rakyat pribumi. Hal ini terjadi karena adanya eksploitasi agraria, yaitu tindakan semena-mena kaum swasta terhadap lahan yang disewa. Juga adanya eksploitasi manusia, yaitu tindakan yang menuntut para pekerja diwajibkan untuk bekerja keras untuk memenuhi perjanjian yang harus diberikan. Para pekerja yang didatangkan dari daerah padat dibohongi dengan janji manis, suatu janji manis agar mau dijadikam sebagai koeli oerdonat, yaitu panggilan bagi pekerja dari berbagai daerah. Para pekerja dipaksa untuk menandatangani perjanjian kontrak kerja di sebuah perusahaan penanaman komoditas dagang yang banyak merugikan bagi para pekerja. Dikarenakan banyaknya para pekerja yang buta huruf, sehingga memperlancar proses perekrutan koeli oerdonat.


Hal ini mengakibatkan banyaknya tokoh-tokoh yang mengkritik kebijakan Belanda yang menyengsarakan kaum pribumi, sehingga banyak muncul tokoh-tokoh yang mengkritisi kebijakan Belanda seperti berikut ini.
1. Eduard Douwes Dekker,
Dengan nama lain Multatuli yang merupakan kelahiran dari Belanda yang tinggal di Nusantara, ditulisnya Max Havelar pada tahun 1860 yang berisikan masyarakat petani menderita karena kebijakan yang sewenang-wenang dari Belanda.

2. Pieter Broosshooft,
Seorang kelahiran Belanda yang menjadi seorang wartawan di daerah Semarang, yang menuliskan suatu kritik yaitu tentang mengenai tanggapan Belanda yang acuh tak acuh terhadap penyakit kolera di Nusantara yang mulai menelan jiwa bagi para pekerja.

3. Theodore Van Deventer.
Seorang kelahiran Belanda yang merupakan seorang praktisi hukum Hindia Belanda yang selanjutnya menjadi seorang politikus. Ia menuliskan kritik pada sepucuk surat yang isinya pemerintah Belanda hendaknya melakukan sesuatu kepada kaum pribumi, jika tidak suatu hari nanti bendungan akan jebol dan lautan manusia akan menelan kalian semua. Theodore Van Deventer juga merilis sebuah tulisan Een Eereschlud atau dalam bahasa Indonesia adalah hutang kehormatan yang dimuat dalam majalah De Gids pada tahun 1899 yang berisikan bahwa pemerintah Belanda telah mengeksploitasi wilayah jajahan untuk membangun negerinya dan juga memperoleh keuntungan yang amat besar. Theodore Van Deventer mengungkapkan perlunya kewajiban moral balas budi terhadap kaum pribumi.


Dari banyaknya kritikan yang datang, terutama kritik Theodore Van Deventer yang membuat munculnya suatu kebijakan baru yaitu Triass Van Deventer sebagai perwujudan politik etis atau balas budi dari pemerintah Belanda terhadap Nusantara yang diterlaksana pada tahun 1901.

Materi Sejarah VOC

Materi Sejarah VOC

Latar Belakang

Bangsa Belanda pada abad ke-16 memperoleh peta informasi ke timur dari bangsa Venesia dari Italia. Sementara ditutupnya pelabuhan di Lisabon menyebabkan bangsa Belanda ingin mendapatkan pusat rempah-rempah, Belanda mulai melakukan perjalanan laut ke arah timur. Kedatangan bangsa Belanda pertama di Nusantara dipimpin oleh Cornelis De Houtman pada tahun 1595, namun ketidaksopanan dalam menjalin hubungan dengan rakyat banten membuatnya diusir dari Banten.


Kedatangan bangsa Belanda kedua kalinya di Nusantara dipimpin oleh Jacob Van Neck yang mendarat di Banten. Usaha Jacob Van Neck berjalan dengan mulus dengan mendirikan perdagangan di Banten dan menghasilkan keuntungan besar bagi Belanda, namun pada akhirnya seiring perkembangan terjadi persaingan antar perusahaan hingga menyebabkan kemerosotan keuntungan. Meskipun terjadi kemerosotan keuntungan, akan tetapi Belanda berhasil menanamkan kekuasaan perdagangan di Indonesia.


Raja Belanda yaitu Pangeran Maurits memberikan izin kepada Johan Van Olden yang menganjurkan untuk penggabungan semua kongsi dagang menjadi sebuah perusahaan dagang besar yang dinamakan Verenigde Oost-indische Compagnie atau dikenal dengan VOC dengan maksud agar dapat bersaing dengan bangsa barat lain di Nusantara.


Awal Pemerintahan VOC

VOC dalam didirikan di Nusantara memiliki beberapa tujuan diantara lain sebagai berikut.
1. Melaksanakan monopoli perdagangan di Nusantara,
2. Membantu pemerintah Belanda,
3. Menghindari persaingan dagang yang tidak sehat antar pedagang Belanda,
4. Memperkuat posisi Belanda dalam bersaing dengan bangsa barat lainnya di Nusantara.


VOC merupakan kongsi dagang yang memiliki sistem organisasi yang sudah tertata, sehingga dapat mempersatukan beberapa perselisihan pendapat di dalam kubu VOC. Di sisi gelapnya VOC juga sangat cerdik dalam mengelabuhi masyarakat lokal dalam urusan perdagangan dan pertanian dengan bukti nyata VOC menerapkan kebijakan untuk penguasa Belanda di Nusantara yang dikenal dengan hak oktroi. Berikut merupakan beberapa hak-hak yang meliputi hak oktroi.
1. Hak untuk memonopoli perdagangan,
2. Hak untuk mencetak uang sendiri,
3. Hak untuk menarik pajak,
4. Hak untuk menjalankan kekuasaan kehakiman,
5. Hak untuk membentuk pemerintahan sendiri,
6. Hak untuk sebagai  wakil kerajaan Belanda di Nusantara,
7. Hak untuk mengumumkan perang,
8. Hak untuk memiliki tentara,
9. Hak untuk mengadakan perjanjian dengan raja-raja di Nusantara.


Di dalam kongsi VOC juga mengangkat pimpinan tertinggi dari perkumpulan dagang Belanda di Nusantara yaitu Gubernur Jendral. Gubernur Jendral VOC memiliki beberapa peraturan yang dikenal dengan kebijakan VOC yaitu antara lain sebagai berikut.
1. Menerapkan pajak kepada rakyat, seperti contingenten dan verplichtie leverentie,
2. Mewajibkan seluruh rakyat lokal untuk menanam tanaman komoditas dagang yang selanjutnya hanya boleh diperdagangkan oleh VOC,
3. Mewajibkan raja kerajaan di Nusantara menyerahkan upeti kepada VOC,
4. Memperluas areal penanaman tanaman komoditas khususnya di Maluku,
5. Menyingkirkan pedagang lain yang mengganggu perkembangan VOC,
6. Menerapkan kebijakan ekstirpasi, yaitu pengawasan terhadap tanaman yang berlebihan dengan menggunakan pelayaran hongi.


Pemerintahan VOC

1. Pieter Both,
Merupakan tokoh Belanda yang menjadi peletak dasar VOC yaitu menjadi Gubernur Jendral VOC pertama kali dengan masa jabatan dimulai dari November 1610 sampai dengan 1614. Tugas yang diemban oleh Pieter Both di Nusantara adalah untuk melaksanakan monopoli perdagangan rempah-rempah di Nusantara.

Pusat VOC berada di Ambon, meskipun begitu pada tahun 1610 Pieter Both berhasil membangun kerja sama dengan kerajaan Banten. Selanjutnya VOC berhasil membangun benteng Batavia yang dimana Batavia masih dalam kekuasaan Inggris.

Pieter Both juga memilih Jayakarta sebagai pusat kantor administrasi yang dimana Jayakarta masih di bawah kekuasaan kerajaan Banten. Pieter Both memilih Jayakarta sebagai pusat kantor administrasi karena merupakan daerah strategis dan banyak berdiri kantor dagang dari negara lain.

Setelah pemerintahan Pieter Both sebagai Gubernur Jendral seiring berganti dengan tokoh-tokoh lainnya seperti Gerard Renyst pada 1614 sampai dengan 1615, Laurens Reael pada 1615 sampai dengan 1619, Jan Pieterszoon Coen pada 1619 sampai dengan 1623 dan 1627 sampai dengan 1629, dan dilanjutkan oleh beberapa Gubernur Jendral yang lain sampai dengan 1799.

2. Jan Pieterszoon Coen
Jan Pieterszoon Coen memiliki nama lain seperti yang akrab J.P. Coen, Ijzeren Jan, dan Jan Besi memerintah selama dua periode pada 1619 sampai dengan 1623 dan 1627 sampai dengan 1629. Pada masa disela-sela pemerintahan dipimpin oleh Pieter De Carpentier pada 1624 sampai dengan 1626.

J.P. Coen pada masa pemerintahannya memindahkan kantor pusat VOC dari Ambon ke Jayakarta, karena Ambon dinilai terlalu jauh dari jalur pelayaran di Malaka, India, dan Jepang. Jayakarta yang dimana yang masih menjadi kekuasaan kerajaan Banten, J.P. Coen mencari cara agar dapat membangun kantor pusat di Jayakarta. Disela-sela upaya pemindahan kantor pusat terdapat semboyan kegigihan dari J.P. Coen yaitu "tidak ada perdagangan tanpa perang dan juga tidak ada perang tanpa perdagangan".

Pada tahun 1619 J.P. Coen melakukan pemugaran dan pembesaran benteng di Jayakarta seperti benteng pusat di Ambon yang sebelumnya sudah didirikan pada masa pemerintahan Pieter Both. Setelah selesai dalam melakukan pemugaran dan pembesaran benteng di Jayakarta, J.P. Coen juga melaksanakan penyerangan dan pembumi hanguskan kota Jayakarta, serta menandai pergantian nama dari Jayakarta menjadi Batavia. Sehingga penempatan Banten dan saudagar asing yang tinggal harus pergi ke daerah lain.

Kebijakan lain yang diterapkan oleh J.P. Coen di Jayakarta seperti melakukan monopoli perdagangan dengan bangsa lain. Meskipun begitu J.P. Coen tetap memberikan pengawasan penuh terhadap daerah sebelumnya yaitu Maluku, berikut beberapa tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan Maluku.
1. Mengusir orang-orang Inggris dari Pulau Run,
2. Menerapkan kebijakan ekstirpasi dengan pelayaran hongi, hal ini agar membatasi tanaman komoditas dagang yang melebihi perjanjian,
3. Mengusir dan melenyapkan penduduk asli Banda.


Akhir Pemerintahan VOC

VOC yang berkuasa selama ratusan tahun di Nusantara mengalami kemunduran hingga pada tahun 1799 VOC dibubarkan. Berikut beberapa faktor yang menyebabkan VOC dibubarkan di Nusantara.


Faktor internal 
1. Korupsi dari semua tingkatan,
2. Penyalahgunaan kekuasaan pegawai,
3. Perdagangan gelap,
4. Persaingan dagang dengan negara Eropa lain,
5. Pemasukan yang semakin kecil,
6. Alokasi anggaran yang kurang tepat.


Faktor eksternal
1. Perubahan politik Belanda,
2. Revolusi Perancis.

Materi Sejarah Penjelajahan Samudera

Materi Sejarah Penjelajahan Samudera

Latar Belakang

Perdagangan di Laut Tengah yang semula ramai menjadi terganggu saat dan setelah terjadinya sebuah Perang Salib pada tahun 1096 sampai dengan 1291. Dengan jatuhnya kota Konstantinopel atau disebut Byzantium pada tahun 1453 ke Turki Usmani menjadikan aktivitas perdangan orang Asia dan Eropa terputus. Sultan Mahmud II yang menjadi penguasa Turki saat itu membuat kebijakan politik yang mempersulit pedagang Eropa beroperasi di daerahnya. Saat itulah Bangsa Barat menhadapi kendala krisis perdagangan rempah-rempah. Dengan terjadinya krisis, Bangsa Barat berusaha keras mencari sumber rempah-rempah dengan melakukan penjelajahan samudera. Adapun faktor yang mendukung penjelajahan samudera itu sendiri antara lain sebagai berikut.


Faktor secara umum
1. Meluruskan pemahaman agama Nasrani yang sudah tersebar pada masa the dark age,
2. Ditemukan mesiu untuk persenjataan dalam pelayaran,
3. Ditemukan teknik pembuatan kapal,
4. Ditemukan kompas untuk navigasi pelayaran,
5. Ditemukan teori heliosentris dimana bumi itu bulat.


Faktor secara khusus
1. Gold, mendapatkan rempah-rempah,
2. Glory, mencari daerah jajahan,
3. Gospel, menyebar dan meluruskan agama Nasrani akibat the dark age.



Penjelajahan Samudera Bangsa Eropa

Negara-negara yang mempelopori penjelajahan samudera adalah Spanyol dan Portugis, disusul oleh Inggris, Belanda, dan sebagainya. Agar tidak terjadi persaingan antara Portugis dengan Spanyol, maka diadakan Perjanjian Tordesillas di Eropa tanggal 7 Juni 1494 dengan Paus sebagai pimpinan agama membagi dua daerah kekuasaan dengan batas garis demarkasi atau garis khayal yang membentang dari Kutub Utara ke Kutub Selatan. Daerah sebelah timur merupakan jalur kekuasaan Portugis sedangkan Spanyol di sebelah barat.


A. Penjelajahan Orang Spanyol

1. Christoper Columbus,
Penjelajahan dilakukan pada tanggal 3 Agustus 1492 menggunakan tiga buah kapal yaitu Pinta, Nina dan Santa Maria. Columbus mulai berlayar mencari rempah-rempah di dunia bagian timur, setelah 2 bulan mengarungi Samudera Atlantik sampailah Columbus di Pulau Guanahani yang terletak di Kepulauan Bahama, Karibia. Ia merasa telah sampai di Kepulauan Hindia Timur yang merupakan sumber rempah-rempah, lalu ia menamai penduduk aslu di kawasan itu sebagai Indian.

Setelah itu Kepulauan Bahama dikenal dengan Hindia Barat, Colombus bersama Amerigo Vespucci antara 1492 sampai 1504 berlayar terhitung 4 kali. Mereka menemukan benua baru yang diberi nama Amerika. Sehingga penemu benua Amerika adalah Christopher Columbus. Sejak itu para pelaut-pelaut Spanyol mengikuti jejak mereka seperti Cortez dan Pizzaro. Cortez menduduki Mexico tahun 1519 dengan menaklukkan suku Indian yaitu Kerajaan Aztec dan Maya di Yucatan. Pizzaro pada tahun 1530 menaklukkan kerajaan Indian di Peru yaitu Inca.


2. Ferdinand Magelhaens (Magellan),
Penjelajahan dilakukan 10 Agustus 1519 berlayar ke Barat didampingi oleh Kapten Juan Sebastian Del Cano dan Pigafetta yang merupakan seorang penulis dari Italia. Penulis inilah yang mengisahkan Magellan mengelilingi dunia yang membuktikan bahwa bumi itu bulat. Pada 1520 setelah mengarungi Samudera Pasifik, sampailah rombongan Magellan di Kepulauan Massava yang lalu dinamakan dengan nama Filipina yang diambil dari nama Raja Spanyol, Phillips II. Magellan gugur dalam pertempuran melawan orang Mactan pada 27 April 1521. Magellan dianggap menjadi orang besar dalam pelayaran karena berhasil mengelilingi dunia pertama kali. Raja Spanyol memberikan hadiah sebuah bola bumi tiruan dan pada hadiah tersebut dililitkan pita bertuliskan "Engkaulah yang pertama kali mengitari diriku"


3. Juan Sebastian Del Cano.
Setelah Magellan gugur, rombongan bergegas meninggalkan Filipina dipimpin oleh Sebastian Del Cano menuju Kepulauan Maluku 1521.



B. Penjelajahan Orang Portugis

1. Bartholomeus Dias,
Bartholomeus Dias melakukan penjelajahan dari Lisabon, Portugis pada Agustus 1487. Ketika sampai di ujung selatan benua Afrika, kapal Dias terkena badai topan. Setelah badai reda Dias kembali ke Portugis. Daerah tersebut dinamai oleh Dias dan rombongannya sebagai Tanjung Badai namun oleh Raja Portugal Joao II mengganti namanya menjadi Tanjung Harapan atau Cape Of Good Hope karena untuk menghilangkan kesan yang menakutkan pada tempat tersebut dan memberikan anggapan sebagai harapan bagi bangsa Portugis untuk menemukan Hindia.


2. Vasco Da Gama,
Vasco Da Gama melakukan penjelajahan pada 8 Juli 1497 karena utusan dari Raja Portugis Manuel I yang memerintahkan untuk mengikuti jejak Dias. Penjelajahannya dilakukan melalui laut sepanjang pantai Afrika Barat.

Vasco Da Gama menyempatkan singgah di pantai Afrika Timur dan melanjutkannya memasuki Samudera Hindia dan Laut Arab. Vasco Da Gama sampai di Calcuta pada 22 Mei 1498. Vasco Da Gama di Calcuta mendirikan pos perdagangan, ia membeli rempah-rempah untuk dikirim ke Portugis  dan dijual ke negara Eropa lainnya.


3. Alfonso D' Albuquerque.
Setelah beberapa waktu berjalan, orang Portugis sadar bahwa penghasil rempah-rempah bukan di India namun terdapat tempat lain yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah di Asia, yaitu Malaka. Oleh karena itu penjelajahan ke timur dilanjutkan kembali.

Untuk menguasai perdagangan di sekitar Malaka. Dari Calcuta, Portugis mengirimkan penjelajahan ke Malaka yang dipimpin oleh Alfonso D' Albuquerque yang berhasil menaklukkan Malaka pada 1511. Setelah berhasil, para tokoh Portugis mendengar kabar masih terdapat tempat pusat mutiara hitam di daerah timur Nusantara. Dengan demikian Alfonso D' Albuquerque melanjutkan perjalanan ke timur hingga sampai di Kepulauan Maluku tahun 1512.

Pada tahun 1512 Portugis sampai di Maluku dan menduduki daerah Ternate. Sedangkan pada tahun 1521 datang penjelajah Spanyol ke Maluku. Hal ini menimbulkan rasa ketidaknyamanan dan puncaknya terjadi perselisihan. Akhirnya pimpinan agama di Eropa meluruskan permasalahan dan mengeluarkan perjanjian Saragoza dan berakhirnya dengan perginya Spanyol dari Maluku sebab wilayah penjelajahan Spanyol hanya sampai di Filipina.



C. Penjelajahan Orang Belanda

1. Barentz,
Penjelajahan oleh Barentz dilakukan pada 1594 mencari daerah timur atau Asia melalui jalur lain yaitu ke utara. Penjelajahan Barentz terhambat karena air laut membeku sesampainya di Kutub Utara. Ia singgah di sebuah pulau bernama Pulau Novaya Zemlya, kemudian memutuskan kembali namun meninggal dalam perjalanan.


2. Cornelis De Houtman,
Perjalanan dilakukan pada tahun 1595 dengan 4 buah kapal yang memuat 249 orang awak serta 64 meriam. Cornelis De Houtman memimpin penjelajahan mencari daerah rempah-rempah ke arah timur mengambil jalur seperti yang ditempuh Portugis. Pada 1596 Cornelis De Houtman dan rombongan tiba di Banten.


3. Jacob Van Neck.
Mengikuti jejak Cornelis De Houtman yang datang ke Banten. Ia datang dengan sikap yang ramah pada rakyat Banten pada 1598. Kedatangannya disambut dengan baik oleh rakyat Banten, sebab bersamaan dengan perlawanan Banten terhadap Portugis, sehingga dapat dimanfaatkan oleh Jacob Van Neck.



D. Penjelajahan Orang Inggris

1. Sir Francis Drake,
Penjelajahan Sir Francis Drake dilakukan pada 1577 berlayar dari Inggris ke arah barat. Dalam penjelajahannya Sir Francis Drake dan rombongan ini memborong rempah-rempah di Ternate untuk dibawa pulang ke negerinya.


2. Pilgrim Fathers,
Penjelajahan Pilgrim Fathers dilakukan pada 1607 melakukan penjelajahan ke arah barat. Kapalnya yang bernama May Flower berhasil membawa rombongan ini sampai di Amerika Utara.


3. Sir James Lancester dan George Raymond,
Penjelajahan dilakukan tahun 1591, Lancester berhasil mengadakan penjelajahan sampai ke Aceh dan Penang. Pada bulan Juni 1602, Lancester dan maskapai perdaganan Inggris (EIC) berhasil tiba di Aceh dan terus menuju ke Banten untuk mendirikan kantor dagang.


4. Sir Henry Middleton,
Penjelajahan dilakukan pada 1604 yang merupakan pelayaran kedua EIC yang dipimpin oleh Sir Henry Middleton berhasil mencapai Ternate, Tidore, Ambon dan Banda. Penjelajahan ini juga membuat terjadinya persaingan dengan VOC selama tahun 1611 sampai 1619.


5. Thomash S. Rafles.
Penjelajahan dilakukan pada 1811 ketika Inggris memenangkan peperangan di Eropa dan ditandai dengan perjanjian Tuntang Inggris dapat menguasai Nusantara atas Jawa. Ia juga berjasa dalam penemuan Raflesia Arnoldi, Kebun Raya Bogor, dan History of Java.




Dampak Penjelajahan Samudera 

Dampak positif dari penjelajahan samudera antara lain yaitu :
a. Uji coba terhadap kebenaran suatu ilmu pengetahuan,
b. Pembuktian bahwa bumi itu bulat,
c. Penerapan ilmu navigasi dan maritim,
d. Perkembangan agama katolik dan protestan,
e. Berubahnya pola perdangan menjadi pola transito,
f. Berbaurnya kebudayaan lokal dengan yang baru atau asing.


Dampak negatif dari penjelajahan samudera antara lain yaitu :
a. Semangat reconguesta, yaitu semangat kebencian terhadap kaum muslim,
b. Kolonialisme, yaitu usaha untuk melakukan sistem pemukiman warga dari suatu negara di luar wilayah negara induknya,
c. Imperialisme, yaitu usaha memperluas wilayah kekuasaan atau jajahan untuk mendirikan imperium atau kekuasaan,
d. Merkantilisme, yaitu sistem ekonomi yang berpusat pada keyakinan bahwa pemerintah dapat membuat suatu bangsa lebih sejahtera dengan mengatur perdaganan  menggunakan tarif untuk mencapai keseimbangan ekspor dan impor.

Cara Menambahkan Icon di Menu Bar dengan Font Awesome


Tutorial Cara Menambahkan Icon di Menu Navigation Bar Menggunakan Font Awesome
Cara Menggunakan Icon Font Awesome di Blog, pada postingan kali ini saya akan membagikan tutorial menggunakan Font Awesome untuk menampilkan icon di blogger dengan mudah dan cepat.
Untuk menampilkan atau memasang icon sendiri ada banyak cara, bisa menggunakan gambar / logo, icon SVG, CSS Background dll, tapi supaya

Simple CSS Button Generator


Cara Membuat Tombol Button di blogger dengan tools css button generator
Free tools untu membuat tombol button dengan css Buat kalian yang ingin mencoba memuat tombol button di blogger dengan tampilan yang lebih menarik, bisa coba menggunakan tools ini untuk membuatnya.
Untuk mencobanya, kalian bisa klik tombol button dibawah ini
CSS Button Generator
Sebelumnya saya juga sudah pernah posting

Pure CSS Button Pack For Web Design


Membuat Tombol Button di Blogger Dengan HTML dan CSS
Kumpulan Tombol Button Keren Pure CSS dan HTML, kali ini saya akan memberikan beberapa style untuk membuat tampilan tombol download, demo atau yang lainnya lebih menarik ditambah dengan sedikit animasi ketika di klik dan icon pada tombolnya
Buat kalian yang ingin membuat tombol button dengan beragam warna dan tampilan, bisa mencobanya