Dalam rangka untuk memperkuat posisi Jepang dalam kedudukannya dalam perang Asia Timur Raya. Jepang melakukan segala macam usaha untuk memperkuat diri dengan seperti mengerahkan kegiatan untuk mengeksploitasi tenaga kerja rakyat untuk menanam jarak, mengerahkan hasil panen, dan masih banyak lain.
Dalam menggalang pengerahan tenaga kerja, Jepang menciptakan program kinrohosi yaitu kerja dengan sukarela terhadap Jepang. Namun dalam perkembangannya program ini tidak mendapatkan simpatisan yang banyak dari rakyat Indonesia. Akhirnya Jepang mengganti program ini dengan program romusha yaitu kerja paksa untuk Jepang. Tenaga kerja paksa Jepang ini dimanfaatkan untuk membangun sarana dan fasilitas untuk Jepang seperti membangun jalan, rel kereta, lapangan terbang, sarana militer, gua pertahanan, dan jembatan. Kebijakan ini memberlakukan tenaga kerja rakyat untuk bekerja dari pagi hingga petang hari, bahkan banyak diantara mereka tidak digaji dan diberi makan. Tenaga kerja yang bermalas-malasan akan disiksa dan dianiaya, tak sedikit dari pekerja yang meninggal dunia. Untuk menghilangkan pandangan negatif dari romusha, Jepang memiliki insiatif dengan mendengung-dengungkan bahwa pekerja romusha merupakan prajurit ekonomi. Dengan kesengsaraan rakyat akibat kebijakan ini maka timbulah perlawanan dari berbagai daerah di Indonesia.
Perlawanan Rakyat Aceh
Perlawanan Rakyat Aceh terjadi dikarenakan ketidak tahanan melihat kesengsaraan dan penderitaan rakyat Aceh yang ditindas dengan semena-mena oleh pihak Jepang. Perlawanan ini dipimpin langsung oleh Tengku Abdul Jalil pada November 1942 di daerah Cot Plieng. Melihat perlawanan yang cukup membahayakan bagi Jepang, maka Jepang berusaha untuk melakukan perdamaian namun kerap kali ditolak oleh Tengku Abdul Jalil. Karena usaha perdamaiannya yang selalu ditolak, Jepang pun mengerahkan tentara dengan senjata lengkap untuk menyerang kelompok perlawanan yang dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil. Akhirnya Tengku Abdul Jalil berhasil ditembak mati oleh tentara Jepang.Perlawanan Rakyat Singaparna
Perlawanan rakyat Singaparna terjadi dikarenakan pihak Jepang di daerah Singaparna melakukan hal yang semena-mena dan menindas seperti seikeirei, romusha, dan pengerahan hasil panen terhadap rakyat Singaparna. Perlawanan ini dipimpin langsung oleh Kyai Zainal Mustafa di Singaparna, Jawa Barat pada Februari 1944. Walaupun Jepang mengajak Kyai Zainal Mustafa untuk berdamai, namun sering kali ditolak bahkan utusan tentara Jepang yang mengirimkan amanat untuk berdamai dilucuti senjatanya oleh Kyai Zainal Mustafa. Karena usaha perdamaiannya yang sering kali ditolak Jepang megirimkan pasukan tentaranya untuk menyerang kelompok perlawanan Kyai Zainal Mustafa di Sukamanah. Akhirnya Kyai Zainal Mustafa beserta pengikutnya tertangkap dan dibawa ke Jakarta untuk dihukum mati.Perlawanan PETA Blitar
Perlawanan PETA di Blitar terjadi karena ketidak sanggupan prajurit Pembela Tanah Air atau PETA melihat rakyat Blitar sengsara dan ditindas dengan semena-mena oleh pihak Jepang. Perlawanan ini dipimpin langsung oleh Supriyadi yang menjabat sebagai komandan PETA pada Februari 1945 pada pagi hari. Serangan yang dipimpin langsung oleh Supriyadi ini menyerang pos-pos Jepang yang menyebabkan banyak tentara Jepang yang tewas. Mendengar kabar tersebut tak selang lama kemudian Jepang mengirimkan pasukan tentara untuk menangkap prajurit PETA. Akhirnya 70 anggota prajurit PETA tertangkap dan diadili. Sementara itu Supriyadi yang menjabat sebagai komandan PETA dinyatakan hilang, kemungkinan diledakkan bersama kapal di laut Jakarta.Perlawanan Rakyat Kalimantan
Tidak hanya di Pulau Sumatera dan Jawa namun, perlawanan rakyat Kalimantan terhadap Jepang juga terjadi. Perlawanan ini dipimpin langsung oleh Pang Suma yaitu seorang tokoh penting Dayak yang sangat berpengaruh bagi rakyat. Hal ini membuat semangat perlawanan rakyat terhadap Jepang semakin memuncak. Namun akhirnya perlawanan ini mampu dipatahkan oleh Jepang.Perjuangan Bawah Tanah
Perjuangan bawah tanah merupakan sebuah perjuangan secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi untuk melawan Jepang. Tokoh yang melakukan perjuangan ini bersifat nonkooperatif yaitu tidak ingin bekerja sama dengan Jepang. Hal tersebut sangatlah beresiko tinggi apabila mereka tertangkap oleh Jepang karena pada umumnya pejuang bawah tanah ini merupakan para pekerja di instansi Jepang, meskipun begitu mereka tidak rela apabila tanah airnya dijajah dan ditindas oleh Jepang. Tokoh-tokoh perjuangan bawah masa pendudukan Jepang seperti berikut ini :a. Kelompok Sutan Syahrir,
Sutan Syahrir merupakan tokoh pergerakan nasional yang sangat terkenal pada masa pendudukan Belanda. Beliau sudah terbiasa untuk masuk keluar penjara pada masa Belanda karena perjuangannya dalam melawan Belanda. Beliau juga pernah mengobarkan perlawanan di Digul, Bandar Neira, dan yang terakhir di Sukabumi. Pada masa pendudukan Jepang, beliau dibebaskan oleh Jepang. Setelah dibebaskan beliau menggalang teman-temannya untuk berjuang secara diam-diam melawan Jepang.
b. Kelompok Soekarni,
Soekarni merupakan tokoh yang hampir sama dengan Sutan Syahrir, beliau juga merupakan tokoh pergerakan nasional pada masa pendudukan Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, Soekarni menjadi bagian dari Sendenbu yaitu kelompok propaganda Jepang bersama dengan Mohammad Yamin. Soekarni juga menggalang dengan teman-temannya seperti Pandu Wiguna, Maruto Nitimaharjo, Kusnaeni, dan Adam Malik untuk menggalang orang-orang yang berjiwa revolusioner, mengungkap kebohongan dari Jepang, serta menyebar luaskan cita-cita proklamasi.
c. Kelompok Achmad Soebarjo.
Achmad Soebarjo juga merupakan tokoh pergerakan bawah tanah pada masa pendudukan Jepang. Beliau memiliki jabatan sebagai Kepala Biro Riset Kaigun Bukanfu yaitu merupakan Kantor Penghubung Angkatan Laut yang terletak di Jakarta. Dalam perjuangannya Achmad Soebarjo aktif berjuang demi kemerdekaan Indonesia dengan cara menggalang teman-temannya yang bekerja di Angkatan Laut Jepang. Akhirnya Achmad Soebarjo berhasil dalam mendirikan Asrama Indonesia Merdeka, di dalam asrama inilah para pemuda nasionalis dimatangkan untuk menjadi pemimpin Indonesia.