Materi Sejarah Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang

Materi Sejarah Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang

Gerakan 3A

Materi Sejarah Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang
http://gofindworld.blogspot.co.id/2015/11/gerakan-3a.html

Gerakan 3A merupakan organisasi pergerakan yang dibentuk oleh Mr. Syamsudin pada 29 Maret 1942 dengan tujuan propaganda kepada rakyat Indonesia agar mendapatkan simpati dari rakyat. Gerakan 3A memiliki semboyan seperti berikut ini :
1. Nippon Cahaya Asia,
2. Nippon Pelindung Asia,
3. Nippon Pemimpin Asia.

Untuk menunjang keberhasilan organisasi ini maka dibentuklah komite di setiap daerah dengan tujuan untuk diperkenalkan kepada masyarakat. Bahkan organisasi ini juga membentuk sebuah subseksi organisasi Islam yang memiliki nama Persiapan Persatuan Umat Islam yang dipimpin langsung oleh Abikusno Cokro Suyoso. Namun seiring berjalannya waktu organisasi ini semakin lama semakin sedikit simpatisannya karena janji yang dijanjikan oleh Gerakan 3A banyak yang merupakan omong kosong belaka.


Putera

Organisasi yang memiliki nama panjang Pusat Tenaga Rakyat ini merupakan organisasi pergerakan masa pendudukan Jepang yang didirikan pada 16 April 1943 dengan tujuan untuk menggalang rakyat yang memiliki jiwa nasionalisme dan intelektual yang tinggi untuk bergabung dalam kepentingannya melawan sekutu. Organisasi ini memiliki tokoh-tokoh pemimpin seperti Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan Mas Mansyur.

Kepemimpinan dalam pengurus Putera dibedakan menjadi pengurus pusat dan daerah. Pengurus pusat dipimpin oleh empat serangkai sementara itu pengurus daerah dipimpin tergantung dari tingkat daerahnya yaitu di tingkat shu atau karisidenan, ken atau kota kabupaten, dan gun atau kawedanan. Dalam menjalankan organisasi dibentuk sebuah tim penasehat Putera yang terdiri dari orang Jepang seperti Akiyama, Miyoshi, Iciro Yamasaki, dan Taniguci.

Seiring berjalannya waktu organisasi ini mendapat dukungan dari banyak pihak seperti berikut ini :
1. Ikatan Sport Indonesia,
2. Pengurus Besar Istri Indonesia,
3. Persatuan Guru Indonesia,
4. Badan Perantaraan Pelajar Indonesia,
5. Perkumpulan Pegawai Pos Menengah,
6. Barisan Banteng,
7. Pegawai Pos Telegraf Telepon dan Radio.

Karena kekhawatiran pihak Jepang terhadap organisasi Putera yang semakin lama semakin menunjukkan organisasi ini dimanfaatkan untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia pada 1944 Putera resmi dibubarkan.

Jawa Hokokai 

Jawa Hokokai atau disebut juga Kebaktian Rakyat merupakan organisasi yang dibentuk oleh Jepang melalui panglima tentara ke-16 Kumakici Harada yang disebabkan Jepang perlahan sudah mulai terdesak yang ditandai dengan satu persatu jajahan Jepang jatuh ke tangan sekutu. Tujuan dari dibentuknya organisasi ini adalah untuk mengharapkan rakyat Jawa meningkatkan baktinya dengan cara seperti :
1. Mempertebal persaudaraan,
2. Mengorbankan diri,
3. Melaksanakan sesuatu dengan bukti yang nyata.

Jawa Hokokai merupakan organisasi yang resmi buatan Jepang yang dipimpin langsung oleh Gunseikan di tingkat pusat dengan penasehatnya Ir. Soekarno dan Hasyim Asy'ari. Jawa Hokokai sendiri dibentuk dari tingkat pusat sampai tingkat daerah bahkan sampai tingkat rukun tetangga atau juga disebut tonarigumi.

MIAI

Majelis Islam A'la Indonesia merupakan organisasi yang didirikan oleh K. H. Mas Mansyur, K. H. Abdul Wahab, dan K. H. Ahmad Dahlan di Surabaya pada 25 September 1937. Awal mulanya organisasi ini memiliki tujuan untuk mempersatukan langkah membela Islam dan mempererat hubungan antar organisasi Islam. Namun semua itu berubah ketika Jepang masuk ke Indonesia, sehingga organisasi ini memiliki tugas untuk mengumpulkan Baitul Maal dan menyelenggarakan Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia (PBHI).

Karena Jepang khawatir akan simpati yang sangat besar dari rakyat Indonesia maka organisasi ini pada Oktober 1943 resmi dibubarkan dan digantikan perannya oleh Masyumi.

Cuo Sangi In

Cuo Sangi In merupakan organisasi yang berfungsi sebagai badan pertimbangan pusat yang didirikan pada 1 Maret 1943. Tugas-tugas organisasi ini seperti menjawab pertanyaan tentang persoalan politik, mengajukan usul kepada pemerintah, dan menentukan tindakan yang akan dilakukan Jepang.

Cuo Sangi In sendiri terdiri dari 43 orang anggota yang merupakan utusan dari karisidenan dan kota praja, serta dari daerah Surakarta dan Yogyakarta.