Materi Sejarah Mempertahankan Kemerdekaan Dari Sekutu Dan Belanda

Materi Sejarah Mempertahankan Kemerdekaan Dari Sekutu Dan Belanda

Upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia benar-benar diuji ketika belum genap sampai satu bulan lamanya menikmati sebuah kebebasan dari penjajahan, tentara sekutu yang dipimpin oleh Laksamana Muda Petterson mendarat pada 24 September 1945 di Tanjung Priok, Jakarta. Tentara sekutu dengan pasukan khususnya AFNEI atau Allied Forces Netherland East India dengan pimpinannya Sir Phillip Christison datang ke Indonesia untuk melaksanakan tujuan sebagai berikut ini :
1. Mengumpulkan keterangan terhadap penjahat perang dan mengadili mereka di pengadilan sekutu,
2. Mengurus orang Belanda yang ditawan oleh pihak Jepang,
3. Menerima penyerahan kekuasaan oleh Jepang,
4. Melaksanakan ketertiban dan keamanan,
5. Melucuti Jepang yang kalah dengan sekutu.

Awal mulanya Indonesia berniat untuk membantu tugas sekutu untuk melaksanakan tugasnya, akan tetapi setelah mengetahui bahwa AFNEI diboncengi oleh NICA atau Netherland Indies Civil Administration menjadi waspada. Pasukan NICA dipimpin langsung oleh Van Der Plas dan Van Mook memiliki maksud untuk menghidupkan kembali pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia. Kewaspadaan pemerintah Indonesia ini ditunjukan dengan timbulnya berbagai konflik antara rakyat Indonesia dengan sekutu dan NICA.

Perjuangan Fisik

Perjuangan fisik adalah perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia melalui medan perang menggunakan pertempuran senjata.

A. Bandung Lautan Api,
Perjuangan fisik oleh rakyat Bandung terjadi dengan pertempuran melawan tentara Jepang pada 10 Oktober 1945 di daerah Bandung dan sekitarnya. Penyebab terjadinya pertempuran melawan tentara Jepang dikarenakan tentara Jepang masih berada di Bandung dan tidak segera untuk pergi padahal Indonesia sudah merdeka sejak 17 Agustus 1945. Setelah itu juga terjadi pertempuran melawan sekutu yang dikarenakan kesalahpahaman pada 6 Desember 1945. Perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Bandung mencapai klimaksnya ketika para pejuang Bandung mulai merasa terdesak, mereka pun melakukan pembakaran kota Bandung agar kota tersebut tidak dimanfaatkan oleh musuh.

B. Pertempuran Lima Hari Semarang,
Pertempuran lima hari di Semarang terjadi antara pasukan Jepang yang dipimpin oleh Mayor Kido dengan pasukan Tentara Keamanan Rakyat pada 15 sampai dengan 20 Oktober 1945 yang merupakan imbas dari pasukan Jepang yang meracuni sumber air minum di area Candi Semarang. Saat itu Dr. Karyadi yang menjabat sebagai Kepala Laboratorium Rumah Sakit Semarang melakukan pengecekan terhadap sumber air yang terdapat pada sumber air di area Candi Semarang namun dihalangi oleh tentara Jepang dan kemudian Dr. Karyadi ditembak mati oleh tentara Jepang. Dengan tewasnya Dr. Karyadi memicu terjadinya pertempuran lima hari di Semarang dan berakhir ketika sekutu datang melucuti tentara Jepang pada 20 Oktober 1945.

C. Medan Area,
Pertempuran Medan Area terjadi disebabkan oleh mendaratnya tentara Inggris pada 18 Oktober 1945 yang membuat NICA mendapatkan sebuah amunisi tambahan untuk menguasai Medan dengan mengeluarkan teror-teror yang dilakukan oleh sekutu. Mereka pun juga melakukan pengakuan secara sepihak atas wilayah Medan sebagai milikinya. Hal tersebut membuat rakyat Medan dan sekitarnya dan meletusnya pertempuran Medan Area.

D. Pertempuran 10 November 1945,
Awal mula kedatangan Inggris di Surabaya untuk bertugas mengawal keamanan di Indonesia, meskipun harus berperang dengan rakyat Surabaya. Dalam pertempuran dengan rakyat Surabaya membuat Jendral Mallaby tewas dibunuh oleh arek-arek Surabaya. Setelah itu Inggris mengeluarkan sebuah ultimatum yang berbunyi "Bagi siapa yang merasa membunuh Brigadir Jendral Mallaby untuk menyerahkan dirinya dan bagi penduduk yang memiliki senjata supaya menyerahkan senjatanya paling lambat pukul 06.00 WIB pada tangga 10 November 1945". Rakyat Surabaya pun tidak mengindahkan ultimatum tersebut karena ultimatum tersebut merupakan penghinaan bagi rakyat Surabaya dan bangsa Indonesia. Pada puncaknya meletuslah pertempuran besar-besaran pada tanggal 10 November 1945 antara sekutu melawan rakyat Surabaya yang dipimpin langsung oleh Bung Tomo dan Gubernur Suryo. Tepat pada hari tersebut juga diperingati sebagai Hari Pahlawan.

E. Puputan Bali,
Pertempuran Puputan Bali atau pertempuran habis-habisan ini dimulai pada April 1946 yang dipimpin langsung oleh I Gusti Ngurah Rai dengan pasukannya yang bernama Ciung Wanara yang sudah beberapa kali menghasilkan kemenganan perang. Dalam pertempurannya pasukan Ciung Wanara mengalami keterbatasan senjata yang mengharuskannya terdesak dan bertahan di Desa Marga. Di daerah tersebut I Gusti Ngurah Rai memerintahkan pasukannya untuk melakukan Perang Puputan atau habis-habisan pada 18 November 1946, I Gusti Ngurah Rai bersama sebagian besar pasukannya gugur dalam perang. Sehingga perang ini disebut juga Pertempuran Margarana.

F. Pertempuran Ambarawa,
Pertempuran Ambarawa terjadi antara sekutu dengan Belanda melawan Tentara Keamanan Rakyat pada 21 November 1945 sampai dengan 15 Desember 1945 yang disebabkan oleh sekutu secara sepihak membebaskan tawanan orang Belanda yang ditawan di Ambarawa dan Magelang. Akhirnya sekutu berhasil dipukul mundur pada 15 Desember 1945 oleh Divisi V yang dipimpin langsung oleh Kolonel Sudirman. Keberhasilan memukul mundur sekutu diperingati juga sebagai Hari Infantri dan dikenang dengan didirikannya Tugu Pahlawan Ambarawa.

G. Peristiwa Merah Putih Manado,
Peristiwa Merah Putih terjadi di Manado pada 14 Februari 1946 dimana para pemuda Manado dan rakyat beserta barisan pejuang melaksanakan aksi perebutan kekuasaan pemerintahan Belanda yang berada di Manado, Minahasa, dan Tomohon yang mengakibatkan kurang lebih 600 orang tentara dan tokoh Belanda berhasil di tawan.
Selang dua hari setelah peristiwa tersebut yaitu pada 16 Februari 1946 para pemuda dan rakyat serta barisan pejuang melakukan penyebarluasan kabar bahwa Manado sudah menjadi kekuasaan rakyat Indonesia sehingga mereka mengibarkan bendera Merah Putih di Manado selama sebulan. Peristiwa inilah yang dikenal dengan peristiwa Merah Putih.

H. Pertempuran Sumatera,
Pertempuran Sumatera didasari oleh adanya suatu kebencian dari masyarakat Sumatera atas kedatangan para sekutu dengan NICA. Dengan kebencian tersebut maka timbulah perlawanan di beberapa wilayah di Sumatera seperti di Aceh dengan Tentara Keamanan Rakyat yang dipimpin langsung oleh Teuku Nyak Arief yang mengadakan perlawanan menghadapi sekutu dan NICA. Selain itu juga terjadi pula perlawanan yang terjadi di Bukittinggi dan Padang. Oleh beberapa perlawanan yang terjadi di wilayah Sumatera menjadikan sekutu dapat dipukul mundur.

I. Pertempuran Sulawesi Selatan.
Pertempuran Sulawesi Selatan terjadi atas kebencian rakyat Sulawesi Selatan terhadap sekutu dan NICA, pertempuran ini dipimpin langsung oleh Wolter Monginsidi bersama Nona Emmy Soelan. Namun Wolter Monginsidi gugur dalam pertempuran tersebut.


Perjuangan Diplomasi

Perjuangan diplomasi adalah perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia melalui meja perundingan. Pendaratan Belanda di berbagai wilayah Indonesia yang selalu diberi perlawanan sengit oleh rakyat Indonesia dan banyak sekali menelan kekalahan, maka melalui Letnan Jendral Christison sebagai pemimpin sekutu mempertemukan para pemimpin Belanda dengan pemimpin Indonesia melalui meja perundingan. Berikut ini merupakan perjuangan diplomasi melalui meja perundingan.

A. Perundingan RI-Belanda,
Perundingan RI-Belanda terjadi di Jakarta pada 10 Februari sampai 12 Maret 1946. Dengan wakil perundingan Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir dan Belanda diwakili oleh Lord Killearn dan Clark Kerr. Kesepakatan dari Perundingan RI-Belanda sebagai berikut :
1. RI dan Belanda bekerja sama membentuk RIS,
2. RI diakui kedaulatan secara de facto oleh Belanda atas Sumatera dan Jawa,
3. RIS bersama dengan Netherland, Suriname dan Curaco, menjadi peserta dalam suatu ikatan negara Belanda..

B. Perundingan Hooge Veluwe,
Perundingan Hooge Veluwe terjadi di Hooge Veluwe tepatnya di Belanda pada 14 April 1946 sampai dengan 25 April 1946. Dalam perundingan Indonesia diwakili oleh Mr. Abdoel Kareem Pringgodigdo, Dr. Soedarsono, dan Mr. Soewandi sedangkan Belanda diwakili oleh Soerjo Santoso, Sultan Hamid II, Hubertus Johannes Van Mook, Van Asbeck, Dr. Van Royen, dan Professor Logemann. Dalam perundingan juga ada pihak yang menjadi penengah yaitu sekutu dengan diwakili oleh Clark Kerr. Dalam hasil perundingan RI-Belanda yang telah diterima oleh Sutan Syahrir, Van Mook, dan Clark Kerr di Jakarta ditolak oleh Belanda, padahal dalam hasil perundingannya dihasilkan bahwa pengakuan Republik Indonesia atas Sumatera dan Jawa. Dalam perundingan di Hooge Veluwe hanya menghasilkan kesepakatan bahwa Belanda hanya mengakui kedaulatan Republik Indonesia secara de facto atas Jawa dan Madura. Dengan demikian perundingan tersebut tidak membawakan hasil bagi kemajuan Republik Indonesia.

C. Perundingan Malino,
Perundingan Malino terjadi di Kota Malino, Sulawesi Selatan pada tanggal 15 Juli 1946 dengan membahas berbagai rencana pembentukan negara-negara bagian di wilayah Indonesia yang merupakan sebuah negara dengan bentuk federasi.

D. Perundingan Pangkal Pinang,
Perundingan Pangkal Pinang terjadi di Pangkal Pinang, Pulau Bangka pada 10 Oktober 1946 sebagai lanjutan Konferensi Malino dengan membahas masalah golongan minoritas yang ada di Indonesia.

E. Perundingan Denpasar,
Perundingan Denpasar terjadi di Denpasar, Pulau Bali pada 18 Desember 1946 sampai dengan 24 Desember 1946 dengan membahas tentang masalah pembentukan Negara Indonesia Bagian Timur.

F. Perundingan Gencatan Senjata RI-Sekutu,
Perundingan Gencatan Senjata RI-Sekutu terjadi pada 20 September 1946 sampai dengan 30 September 1946 di Jakarta dengan Indonesia diwakili oleh Jendral Mayor Soedibyo. Dalam perundingan tersebut Indonesia mengajukan usulan sebagai berikut :
1. Menghentikan masuknya tentara Belanda ke Indonesia,
2. Mengadakan gencatan senjata,
3. Kebebasan memakai jalan raya bagi rakyat Indonesia,
4. Meminta jaminan bahwa sekutu tidak akan menyerahkan senjata rampasan Jepang kepada Belanda,
5. Melakukan pemulangan orang Jepang.
Usulan yang diajukan tersebut ditolak oleh sekutu, sehingga perundingan ini tidak mencapai kata sepakat.

G. Perundingan Linggarjati.
Perundingan Linggarjati terjadi di Linggarjati, Jawa Barat pada 10 November 1946 dengan Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sultan Syahrir sedangkan Belanda diwakili oleh Van Mook. Hasil dari perundingan Linggarjati yang ditandatangani pada 25 Maret 1947 sebagai berikut ini :
1. Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia secara de facto atas Sumatera, Jawa, dan Madura, serta Belanda harus meninggalkan daerah de facto paling lambat 1 Januari 1949,
2. Belanda dan RI bekerja sama membentuk Republik Indonesia Serikat,
3. Belanda dan RIS bersatu menjadi Uni Indonesia-Belanda dengan dikepalai oleh Ratu Belanda.