Dari zaman dahulu hingga dewasa ini manusia masih berusaha memahami bagaimana terbentuknya alam semesta. Pada masa zaman kejayaan Yunani, banyak orang percaya bahwa Bumi kita sebagai pusat dari alam semesta atau dapat juga disebut dengan Geosentrisme. Akan tetapi seiring berjalannya waktu dan berbagai pemikiran serta pengamatan dari berbagai orang, pendapat bahwa bumi sebagai pusat alam semesta mulai berubah sejak masa zaman abad pertengahan yang dipelopori oleh Copernicus yang menganggap bahwa Matahari sebagai pusat alam semesta atau dapat disebut dengan Heliosentrik.
Definisi tentang alam semesta itu sendiri melingkupi mikrokosmos dan makrokosmos. Mikrokosmos merupakan benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat amat kecil, seperti contoh elektron, proton, neutron, atom, sel, amoeba, dan sebagainya. Sedangkan makrokosmos merupakan benda-benda yang memiliki ukurang yang sangat amat besar, seperti galaksi, bintang, dan planet.
Teori terbentuknya alam semesta terbagi menjadi berikut ini :
Teori Keadaan Tetap (Steady State Theory)
Teori keadaan tetap atau disebut juga steady state theory dikemukakan pada tahun 1948 oleh Thomas Gold, Fred Hoyle, dan Herman Bondi. Teori yang dikemukakan oleh ketiga tokoh tersebut didasarkan pada prinsip osmologi sempurna dimana alam semesta dimanapun dan kapanpun akan tetap selalu sama. Dengan dasar tersebut alam semesta terjadi pada suatu saat tertentu pada masa lalu sampai sekarang. Apapun yang terdapat pada alam semesta ini akan selalu tetap sama walaupun galaksi, planet, dan bintang saling beredar menjauh dan mendekat satu sama lain. Teori ini didukung dengan fakta bahwa galaksi yang baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi lama. Artinya bahwa setiap galaksi yang terbentuk akan tumbuh menjadi tua dan akhirnya menjadi mati, jadi dapat disimpulkan bahwa teori ini beranggapan bahwa alam semesta itu tak terhingga besarnya dan tak terhingga tuanya atau dapat disebut juga tanpa adanya awal dan tanpa adanya akhir.
Teori Ledakan Besar (Big Bang Theory)
Teori ledakan besar atau disebut juga big bang theory dikemukakan pada tahun 1930 oleh George Lemaitre dengan bertolak dari asumsi adanya suatu massa yang sangat amat besar dan mempunyai berat jenis yang sangat besar pula, kemudian massa tersebut meledak dengan sangat hebat yang disebabkan oleh adanya reaksi inti. Hasil dari ledakan tersebut kemudian berserakan mengambang dengan sangat cepat menjauhi pusat dari ledakan tersebut. Setelah waktu terus berjalan yang membutuhkan waktu sekitar jutaan tahun, massa yang berserakan dan mengambang tersebut membentuk kelompok-kelompok galaksi yang ada sekarang. Teori ledakan besar didukung dengan fakta yang ada bahwa galaksi-galaksi memang bergerak menjauhi titik pusatnya. Teori ini juga didukung oleh para pakar astronomi seperti Arno Penzias dan Robert Wilson yang menemukan radiasi gelombang mikro.